Home >> >>
Dipecat Golkar Nusron Belum Berminat Pindah Partai
Sabtu , 28 Jun 2014, 18:19 WIB
Republika/Agung Supriyanto
Nusron Wahid

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mantan Politisi Partai Golkar Nusron Wahid mengaku tidak tertarik pindah ke partai politik lain, meskipun dirinya dipecat dari partai berlambang pohon beringin.

"Saya masih tetap kader Partai Golkar dan sampai sekarang belum tertarik pindah ke partai lain," ujarnya, ditemui usai deklarasi pemenangan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dari relawan Nurson Wahid dan relawan buruh di Gedung Graha Mustika Getaspejaten, Kecamatan Jati, Kudus, Sabtu.

Ia menegaskan, bahwa dirinya menjadi politisi tidak mengejar jabatan, terbukti menyatakan dukungannya terhadap Jokowi-JK meskipun Partai Golkar mendukung Prabowo-Hatta.

Apalagi, kata Nusron yang juga Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, jabatan masih bisa dicari, sedangkan kebenaran hati nurani tidak mudah dicari.

Jika dirinya mengejar jabatan, kata dia, cukup duduk manis karena perolehan suaranya pada Pemilu Anggota Legislatif 2014 sudah cukup mengantarkannya menjadi wakil ketua DPR RI.

Menurut dia, saat ini bangsa Indonesia butuh perubahan pimpinan, tim kerja dan gaya kepemimpinan.

Terkait kemungkinan terjadinya hambatan di tingkat legislatif ketika Jokowi-JK menjadi presiden, kata dia, hal itu tidak perlu dirisaukan, karena DPR cenderung bersikap pragmatis.

Selain itu, kata dia, mereka juga dipastikan akan mendukung penguasa saat itu.

Perjuangan dirinya dalam memenangkan Jokowi-JK, kata dia, tidak terpengaruh oleh pemecatan dirinya dari Partai Golkar.

"Justru semakin kencang dalam berupaya menggalang dukungan karena saya yakin dengan hati nuraninya dalam memilih Jokowi-JK memang benar. Sudah saatnya dipimpin oleh figur yang sederhana dan bersih," ujarnya.

Biasanya, kata dia, setiap orang yang hendak berbuat baik akan ada pihak yang menghambat.

Terkait dengan sikapnya yang melawan perintah partai yang bisa dianggap sebagai pendidikan politik yang kurang baik, kata dia, anggapan tersebut tidak bisa dibenarkan, karena tanggung jawab politisi tidak harus loyal terhadap partai melainkan loyal terhadap rakyat dan hati nurani.

Pemilu Presiden pada 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa serta Jokowi-Jusuf Kalla.

Redaktur : Taufik Rachman
Sumber : antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar