Golkar takkan Menang Pilpres Jika Tetap Usung Ical
Selasa , 15 Apr 2014, 20:46 WIB
Antara/Adhitya Hendra
Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (tengah) menyapa para simpatisan Partai Golkar saat kampanye penutup Partai Golkar di Gedung Jatim Expo, Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Political Communication Institute, Heri Budianto mengatakan, Partai Golkar berpeluang membangun poros sendiri dalam Pemilihan Presiden 2014.

"Saya melihat Golkar bisa membangun poros sendiri dengan berkoalisi satu atau dua partai," ujar Heri kepada ROL, Selasa (15/4). Menurut dia, saat ini Hanura adalah partai yang sudah menjajaki koalisi dengan Golkar. ''Dan ini merupakan langkah maju.''

Idealnya, kata dia, Capres yang diusung Partai Golkar adalah figur yang memiliki tingkat keterpilihan yang tinggi. Jika tidak, papar Heri, akan sulit bagi capres Partai Golkar untuk bersaing dengan capres PDIP dan Gerindra.

Berdasarkan hasil survei polcoMM Institute yang dirilis 3 April lalu, papar Heri, capres dari Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) menempati posisi ke-3 dengan tingkat keterpilihan 6 persen. Sedangkan elektabilitas Jokowi mencapai 31 persen dan Prabowo 19 persen.

Menurut dia, rendahnya elektabilitas capres Partai Golkar, mestinya menjadi acuan bagi elite golkar untuk kembali menyusun strategi politik. "Golkar merupakan partai besar yang belum pernah menang dalam pertarungan pilpres di era reformasi".

Dengan banyaknya kader yang mumpuni dan berkualitas, kata dia, seharusnya Golkar tidak kehabisan calon pemimpin nasional. "Saya melihat kader Golkar berkualitas dan tidak kekurangan orang untuk diajukan menjadi capres atau cawapres," papar Heri.

Dengan realitas politik seperti ini, kata dia, Golkar perlu segera melakukan konsolidasi dan menyusun strategi politik baru dalam menghadapi pilpres mendatang.


Redaktur : Heri Ruslan
Sumber : siaran pers
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar