PPP Fokus Garap Koalisi
Rabu , 16 Apr 2014, 15:54 WIB
Simpatisan mengibarkan bendera Partai Persatuan Pembangunan (PPP) saat kampanye PPP Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (5/4). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID,

Suryadharma Ali dan Emron Pangkapi kompak menyambut capres dari PKB, Rhoma Irama, di kantor PPP.

JAKARTA -- Konflik di internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mulai mencair. Pertemuan hangat antara Wakil Ketua Umum PPP Emron Pangkapi dengan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali menyiratkan bahwa persoalan internal PPP sudah selesai di antara keduanya, dan kini tengah fokus menggarap koalisi.

Keduanya terlihat kompak menyambut salah satu calon presiden (capres) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Rhoma Irama, di kantor pusat PPP. Mereka kemudian menggelar pertemuan tertutup dengan Rhoma Irama.

Suryadharma Ali enggan berbicara banyak terkait kedatangan Rhoma. Namun, SDA tidak membantah kalau musisi kawakan itu tengah berikhtiar meminta dukungan untuk mendapatkan tiket capres. "Semua mungkin terjadi. Tunggu saja, ya," kata Suryadharma, kemarin.

Terkait geliat sejumlah capres dan calon wakil presiden yang gencar melakukan komunikasi politik, Suryadharma mengaku tidak takut tertinggal. Dia mengungkapkan telah melakukan pembicaraan lebih mendalam terkait berbagai perkembangan di internal partainya dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. "Yang dibicarakan masalah 'dapur' partai," ujarnya.

Ia pun tidak menampik jika komunikasi tersebut dinilai semakin mendekatkan ke arah mana koalisi kedua partai tersebut. "Kita semakin dekat sekali, walau belum bisa dinyatakan final," terangnya.

Sementara itu, mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengaku punya impian agar partai politik berbasis massa Islam bersatu menghadapi Pemilu Presiden 2014. Syaratnya, kata dia, PPP sebagai salah satu parpol Islam harus bebas masalah. "PPP harus sehat. Andai PKB, PPP, dan PKS sebenarnya bisa mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, tapi kenyataan masih banyak masalah," ujarnya.

Dia berharap kemelut di internal PPP tidak berlarut-larut. Ia meminta masalah internal itu diselesaikan secara damai. "Sebagai orang yang pernah aktif di PPP tahun 1973-1986, saya sangat prihatin dan menyesalkan kemelut pertikaian di PPP," katanya.

Menurutnya, jika Suryadharma Ali dianggap salah karena hadir pada kampanye Gerinda di Gelora Bung Karno (GBK), masalah tersebut sebaiknya diselesaikan setelah pemilu presiden. "Jadi, hendaknya diselesaikan sehabis pilpres, sekalipun dalam muktamar luar biasa," ujarnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Malang dan Depok itu khawatir, jika masalah tersebut diselesaikan sekarang, akan rawan intervensi pihak luar. "Kalau sekarang akan 'masuk angin' dengan kepentingan makro di luar PPP. Bahkan, kelompok 'islamofobia' juga akan tertawa melihatnya," katanya.

Hasyim menambahkan, setiap kemelut di partai politik atau politik praktis selalu rawan politik transaksional. "Itu bisa menghancurkan PPP sendiri dalam jangka panjang, sekalipun pengurusnya bergantian," ujarnya.

Sebagai orang yang pernah besar di PPP, Hasyim berkepentingan menyelamatkan PPP dari kehancuran karena perpecahan. "Saya tidak semata-mata membela Surya, tapi saya bela keselamatan PPP," katanya.

Oleh karena itu, kata Hasyim, sebaiknya kedua pihak menahan diri. Jangan sampai kemelut semakin meluas. "Selesaikan semuanya sehabis pilpres secara terhormat dan bermartabat sesuai dengan akhlak Islam," jelasnya.

Redaktur : Muhammad Fakhruddin
Reporter : Amri Amrullah/Indah Wulandari
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar