Alasan Mega Ogah Dampingi Safari Politik Jokowi
Rabu , 16 Apr 2014, 22:16 WIB
Antara/Ismar Patrizki
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri menyampaikan orasi politik saat kampanye akbar di Alun Alun Sukoharjo, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (5/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pekan terakhir calon presiden (capres) PDIP, Joko Widodo (Jokowi) gencar melakukan komunikasi politik dengan sejumlah ketua umum partai partai.

Publik mencatat Jokowi setidaknya sudah mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh; Ketua Umum PArtai Golkar, Aburizal Bakrie; dan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar. Namun pertanyaannya dimana Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri? Mengapa dia tidak turut menemani Jokowi dalam melakukan komunikasi politik.

Wakil Sekretaris Jendral DPP PDIP, Achmad Basarah menjelaskan ketidakhadiran Mega bukan karena ada friksi dengan Jokowi. Namun lantaran Mega sudah memandatkan komunikasi politik kepada Jokowi sebagai capres PDIP.

"Apa yang dilakukan Jokowi juga sesuai dengan arahan Megawati. Sebagai capres dia punya kapasitas bertemu dengan eksternal partai," kata Basarah kepada wartawan di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (16/4).

Bagi PDIP, Mega bukan sekadar ketua umum partai. Mega, kata Basarah, adalah simbol penting partai. Dalam konteks itu menurut Basarah maka urusan-urusan yang menyangkut komunikasi politik di lapangan tidak perlu dilakukan langsung oleg Mega.

Mega juga memandatkan komunikasi politik kepada struktur pengurus partai. "Kalau semua diserahkan kepada Bu Megawati untuk apa kita punya struktur partai," ujarnya.

Basarah menyatakan komunikasi intensif Jokowi dengan petinggi-petinggi partai politik justru mengartikan bahwa Jokowi adalah aktor penting di PDIP. "Kalau jokowi bertemu ketum partai artinya dia itu aktor penting partai."

Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Reporter : Muhammad Akbar Wijaya
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar