Sebelum PPP Islah, Jokowi Enggan Koalisi
Selasa , 22 Apr 2014, 18:53 WIB
istimewa
Jokowi saat menjenguk istri almarhum kiai besar Mama Gelar, Zaitun Fatimah yang sedang sakit, di Desa Peuteuy Condong, Kecamatan Cibeber Cianjur Sabtu (29/3)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo menyatakan, ia tak mau berkoalisi dengan PPP lantaran partai berlambang ka'bah tersebut tengah dilanda konflik internal.

Karenanya, Jokowi menyarankan agar dua kubu yang berseteru di PPP berdamai lebih dulu. "Oleh sebab itu biar rukun dulu, biar islah dulu," kata pria yang masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta tersebut, Selasa (22/4).

Jokowi mengaku, sebelum ada konflik internal di tubuh PPP, partainya telah melakukan penjajakan politik dengan partai bernomor urut sembilan dalam pemilu legislatif 2014 tersebut. Namun, dia enggan menyebut dengan kubu siapakah PDIP menjalin komunikasi, apakah dengan kubu SDA atau dengan Romahurmuziy.

"Dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP)," kata Jokowi.

Seperti diketahui, PPP tengah dilanda konflik internal. Perpecahan bermula saat Ketua Umum PPP Suryadharma Ali menghadiri kampanye terbuka Partai Gerindra.

Sikap SDA tersebut dianggap menyalahi hasil mukernas partai. Sebab, hasil mukernas tidak merekomendasikan PPP untuk mendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

Namun, SDA seolah tak peduli. Puncaknya, ia mendeklarasikan koalisi dengan Partai Gerindra di DPP PPP dengan dihadiri langsung oleh Prabowo pada pekan lalu. Peristiwa ini membuat kader PPP lain berang dan berbuntut pada rapimnas dadakan.

Hasil dari rapimnas menyimpulkan bahwa koalisi dengan Gerindra tidak salah. Selain itu, mereka juga memberhentikan SDA dari jabatan ketua umum.



Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Reporter : Halimatus Sadiyah
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar