Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menggunakan hak pilih di TPS 32, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/4). (Republika/ Wihdan)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, wacana Partai Golkar berkoalisi dengan Partai Demokrat terkesan dipaksakan.
Simulasi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), Aburizal Bakrie (ARB)-Pramono Edhie Wibowo sangat tidak realistis. Ia mengatakan hal itu merupakan bunuh diri dalam politik.
"Sulit, kedua figur ini mampu menghadang Jokowi dan Prabowo yang elektibilitasnya sudah membumbung tinggi di atas langit," ujar Pangi Syarwi Chaniago kepada RoL, Ahad (18/5).
Namun, menurutnya, jika hanya sekadar untuk mempertahankan marwah dan harga diri partai. Maka, boleh saja Partai Golkar berkoalisi dengan Partai Demokrat.
Ia mengatakan koalisi partai Golkar dengan partai Demokrat sangat tidak tepat. Karena dua partai ini belum memiliki figur capres dan cawapres yang memiliki karakter leadership yang kuat (strong president) serta elektibilitas yang tinggi.
Menurutnya, semangat Golkar dan Demokrat berkoalisi, memiliki indikasi hanya sekadar untuk mengacaukan sinyal dukungan Jokowi dan Prabowo. Misi memecah poros PDIP dan Gerindra sehingga nanti diharapkan terjadi dua putaran.
Pangi menambahkan hal itu dengan harapan, partai Golkar dan Demokrat memiliki posisi tawar (bergaining position), dan harga yang tinggi pada pilpres putaran kedua.