Siluet jurnalis mengikuti diskusi "Menolak Kampanye Hitam, Mendorong Kampanye Positif" di Jakarta, Kamis (22/5). dalam acara tersebut, Indonesia Indicator mengungkapkan media massa menjadi salah satu media kampanye hitam selama Pemilu 2014 atau terdapat 5.
REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Rakyat Indonesia diharapkan dapat bersikap bijaksana dalam menyikapi berbagai bentuk kampanye hitam yang kemungkinan besar akan muncul menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Sohibul Ansor Siregar di Medan, Ahad (25/5), mengatakan, potensi kampanye hitam (black campaign) itu cukup berpotensi muncul dalam pemilihan presiden (pilpres).
Jika dilihat dari kondisi yang ada, kemungkinan besar kampanye hitam tersebut akan muncul dari unsur pendukung masing-masing pasangan capres/cawapres.
Pihaknya memperkirakan kampanye hitam menjelang pilpres tersebut tidak akan diwarnai campur tangan negara lain yang sangat menginginkan kondusifitas Indonesia guna menjamin kepentingan bisnisnya."Kalau Indonesia rusuh, malah mereka tidak berdagang di sini," katanya.
Menurut Sohibul, kampanye hitam tersebut muncul karena adanya bagian dari tim pendukung atau tim pemenangan kurang dewasa dalam menyikapi perbedaan pendapat dan belum mampu berpikir strategis untuk jangka panjang.
Untuk itu, rakyat harus dapat bersikap bijaksana dalam menyikapi kampanye hitam yang dimaksudkan untuk menjelekkan atau menurunkan citra positif pasangan capres/cawapres tertentu.