REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beredarnya kampanye negatif berupa kutipan Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais - saat reformasi - yang meminta calon presiden Prabowo Subianto harus diadili karena pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di media sosial, juga menimpa kubu Joko Widodo.
Kini, giliran capres yang diusung oleh poros Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut yang 'diserang' isu tak sedap di media sosial. Di You Tube, beredar wawancara calon wakil presiden Muhammad Jusuf Kalla tentang capres muda saat Jokowi masih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
JK ketika itu berpendapat, Jokowi jangan tiba-tiba dicalonkan sebagai capres hanya karena terkenal. Menurutnya, mantan wali kota Solo tersebut harus membuktikan sukses sebagai Gubernur DKI Jakarta baru dapat dicalonkan menjadi presiden. Berikut transkrip wawancara lengkap JK dari You Tube yang diunggah oleh BangOchidChannel pada 25 Mei 2014.
Apa pendapat Anda soal capres dari kaum muda?
Presiden Republik Indonesia cuma satu. Bangsa ini 240 juta. Jangan presiden itu dipilih karena pikiran mau uji coba, dengan pikiran karena umur. Harus karena kemampuan. Ada kemampuan, dengan kemampuan itu, hampir semua kemampuan itu diperoleh dengan pengetahuan dan pengalaman.
Kalau hanya sekadar umur, itu sangat berbahaya itu karena bisa diuji coba. Kalau menteri ya, 100 persen kita dukung. Karena kalau menteri itu hari ini tidak cocok, besok kita ganti. Tapi kalau presidennya tidak cocok, ndak ada pengalaman, berbahaya. You lima tahun negeri itu menderita.
Dan lihatlah semua negara, negara apapun. Selalu presiden atau perdana menterinya melalui tahap-tahap. Lihat Singapur (Singapura). Dia menteri, Wakil Perdana Menteri, baru Perdana Menteri—Lim Siu Liong itu, walaupun bapaknya perdana menteri. Lihat Malaysia. Selalu menteri Pendidikan, Menteri Keuangan—baru Wakil Perdana Menteri, baru Perdana Menteri. Lihat India. Perdana Menterinya bertahun-tahun jadi menteri, baru Perdana Menteri. Lihat Amerika, Amerika itu kalau bukan Gubernur, dia Senator. Jadi bukan karena dia umur.
Bagaimana peluang mereka pada 2014?
Kalau dia muda, ok. Tapi syaratnya punya pengalaman. Jangan karena dia muda, ah ini harus orang muda, akhirnya jadi uji coba negeri ini. Berapa risikonya 240 juta orang jadinya kalau gagal, gitu kan. Jadi harus orang yang punya track record. Sangat baik kalau dia muda, tapi yang lebih penting dari pada umur ialah track record dan pengalaman.
Siapa bilang Jokowi tidak punya pengalaman. Dia kan Gubernur DKI, pengalamannya Wali Kota Solo. Tapi jangan tiba-tiba karena dia terkenal di Jakarta tiba-tiba dicalonkan presiden. Bisa hancur negeri ini, bisa masalah negeri ini.
Ya kalau sukses di DKI ya silakan. Saya sendiri yang mengusulkan dia. Supaya satu tingkat di atasnya. Karena saya anggap baik di Solo, maka bisa naik di atasnya, yaitu DKI. Biarlah dia DKI dulu. Itu kan hanya masalah popularitas. Belum membuktikan bahwa dia mampu mengurus Jakarta. Kalau dia mampu mengurus Jakarta dengan sangat baik, otomatis punya kemampuan untuk mengurus negeri ini.
Saya kira kita tidak bicara seperti itu. Janganlah dicampur-adukkan Jokowi itu. Biarlah dulu dia fokus sebagai Gubernur DKI! Jangan tiba-tiba dicampur aduk, nanti negeri ini tidak punya nilai. Nanti ini kacau negeri ini!
Persiapan Anda menjadi capres, dan partai mana yang sudah melamar Anda?
Saya kira bukan lamar-melamar (suara tertawa). Kita lihat pada waktunya nanti.