Kampanye hitam. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampanye hitam kepada calon-calon presiden dinilai lumrah terjadi, termasuk jelang Pilpres 2014 di Indonesia. Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie M Massardi berpendapat kampanye hitam ini bentuk lain dari uji mental bagi para capres.
"Kampanye hitam lumrah terjadi dan di Amerika setiap kandidat presidennya tak pernah mengeluh atas munculnya kampanye negatif ini," kata Adhie, Selasa (26/5).
Ia mendesak Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dua capres yang sedang bertarung, untuk tidak mengeluhkan adanya kampanye hitam ini. Jika kedua capres ini heboh menanggapi kampanye hitam, kata Adhie, itu sama saja mereka belum siap mental menjadi pemimpin bangsa.
Tantangan bagi pemimpin bangsa besar seperti Indonesia, jelas dia, sungguh dahsyat. Tekanan politik dan ancaman negara-negara besar yang ingin mencuri kekayaan alam Indonesia pun sangat nyata. Jadi, jika baru menghadapi kampanye hitam sudah ribut, apalagi menghadapi tantangan seperti ini.
"Kalau hanya karena dibilang imannya diragukan, surat nikahnya dipublikasikan, atau dibilang capres jomblo serta disangka psikopat sudah panik dan blingsatan, lalu berteriak-teriak diserang dengan kampanye hitam, sungguh tidak layak mereka jadi pemimpin," kata Adhie.
Ia menyarankan agar para capres dan cawapres itu nonton film Independence Day (1996), Air Force One (1997) dan Wild Wild West (1999). Film-film ini mengisahkan ketegaran presiden AS yang berani berhadapan langsung dengan orang-orang yang akan mengancam bangsa dan negaranya.
Secara khusus, Adhie meminta agar Jokowi tidak cengeng dan terus mengeluhkan kampanye hitam seperti dilakukan SBY dulu untuk menarik simpati rakyat dalam pemilu 2004. “Contohlah Gus Dur, diteror dengan berbagai hal sepanjang hayatnya, namun tetap tegar," kata dia.