REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pusat Demokrasi dan HAM (Pusdeham) Surabaya menilai mantan ketua MK Mahfud MD lebih berpengaruh ketimbang Ketua Umum PP Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa. Hal itu terkait dengan peran sebagai juru bicara pasangan capres/cawapres pada pilpres 2014.
"Sosok Khofifah yang menjadi juru bicara bagi pasangan capres/cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla tidak akan berpengaruh kuat pada pilpres 2014," kata Direktur Pusdeham Muhammad Asfar di Surabaya, Kamis (29/5).
Ia mengatakan, pengaruh Khofifah saat pemilihan Gubernur Jawa Timur tak berbanding lurus dengan saat pilpres mendatang. "Pengaruh Khofifah dalam pilpres tak akan sebesar dan sedahsyat saat pemilihan Gubernur Jawa Timur," katanya.
Namun, pengaruh Mahfud MD sebagai juru bicara pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa justru lebih signifikan dan tampak di tapal kuda dan Madura.
Saat ini Khofifah menjadi juru bicara Joko Widodo dan Jusuf Kalla secara nonformal. sedangkan Mahfud MD menjadi ketua tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa secara formal.
"Saat pemilihan gubernur kan Khofifah berjuang untuk dirinya sendiri. Warga NU yang memilih Khofifah memiliki cukup ikatan kuat. Apalagi Khofifah memiliki pemilih setia sejak pemilihan gubernur 2008," katanya.
Namun saat pilpres, lanjut dia, Khofifah memperjuangkan sosok lain. Seperti pada 2009 saat mendukung JK.
"Dulu pada 2009 bersama mantan ketua umum Pengurus Besar NU Hasyim Muzadi, Khofifah mendukung Pak Jusuf Kalla. Toh, perolehan suara JK-Wiranto di Jawa Timur tidak signifikan," katanya.
Saat itu, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri marah. Karena Khofifah lebih mendukung JK daripada dirinya yang berpasangan dengan Prabowo Subianto.
"Warga NU paham kok, mana urusan agama dan mana urusan politik. Indikasinya, mereka tidak mudah digerakkan. Sebab mereka bisa mengkalkulasi sendiri," katanya.
Sementara itu, pengaruh Mahfud MD justru lebih terasa di tapal kuda dan Madura. Karena wilayah tersebut merupakan basis kuat pendukung Mahfud.
Berdasarkan survei nasional, menurut Asfar, elektabilitas Mahfud MD mencapai empat persen. Bahkan lebih tinggi dari Dahlan Iskan.
"Banyak pendukung Mahfud MD yang kecewa dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB dianggap mencederai komitmen dengan Mahfud MD, mengkhianati Mahfud. Gus Durian banyak yang kecewa," katanya.