REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi/JK) mendapat dukungan dari banyak tokoh. Antara lain Ketua Muslimat NU Khafifah Indar Parawansa, cendekiawan muslim Anies Baswedan, purnawirawan TNI Luhut Pandjaitan, Menteri BUMN Dahlan Iskan, mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropiryono, politikus senior Fahmi Idris, dan anggota DPR Poempida Hidayatullah.
Luhut Pandjaitan mengaku mendukung Jokowi karena memiliki rekam jejak yang bagus sejak menjadi wali kota Solo. Menurut mantan ketua dewan pertimbangan Partai Golkar tersebut, prestasi Jokowi selama memimpin Jakarta, meski baru satu setengah tahun, juga sudah bisa terlihat.
"Bagaimana dia mengurus Solo. Memang skala masih kecil, tapi sudah jadi miniatur. Kemudian seperti di Jakarta banyak masalah terselesaikan, seperti Pasar Tanah Abang," ungkap dia saat mengikuti safari politik Jokowi di Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/5).
Pengamat politik Burhanudin Muhtadi menilai, tokoh tersebut memiliki pengaruh terhadap tingkat keterpilihan capres. Namun, seberapa kuat pengaruhnya tergantung pada popularitas serta seberapa besar massa yang dimiliki si tokoh itu sendiri?
"Seorang Khofifah dan Mahfud memiliki popularitas yang baik dan juga punya massa yang bisa dimanfaatkan. Jadi, semakin banyak tokoh nasional yang memiliki banyak massa bergabung, semakin berpengaruh positif pada capres yang bersangkutan untuk menggaet dukungan," ujarnya pada Republika.
Namun, untuk konteks massa NU, Burhanudin menilai kubu Jokowi-JK lebih beruntung. Sebab, JK sendiri merupakan tokoh NU. Orangtua JK juga salah satu pendiri NU di Sulawesi Selatan.
Sehingga, JK sendiri sudah memiliki darah NU. "Ini yang membuat Prabowo berpikir untuk mendapuk Mahfud menjadi ketua tim pemenangan. Karena ada kekhawatiran gagal mendulang suara NU," ucap pengamat dari UIN Jakarta tersebut.
Apalagi, PAN, yang menjadi partai pengusung pasangan Prabowo-JK diasosiasikan sebagai partai dengan basis massa Muhammadiyah. Karena itu, Burhanudin menilai, Prabowo perlu lebih agresif mendekati tokoh NU untuk menambah massa.