Menginteli Masjid Bagian dari anti-Islam
Ahad , 01 Jun 2014, 12:56 WIB
PPI
Saleh Daulay

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perintah melakukan aksi intelijen terhadap khutbah di masjid dianggap mengembalikan Indonesia di era otoriter. Aksi intelijen dengan dalih mencegah orang menyebarkan kampanye hitam terhadap Jokowi ini dinilai sebagai tindakan anti-Islam.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Saleh Daulay mengatakan, tindakan pengawasan masjid ini, akan menimbulkan kesan adanya fregmentasi sosial di tengah-tengah masyarakat.

"Selain itu, bisa juga menimbulkan kesan seolah-olah para khatib selama ini dijadikan sebagai agen politik dari suatu kepentingan politik tertentu. Padahal, fungsi masjid adalah tempat suci dimana orang berupaya mendekatkan diri pada sang pencipta," kata Saleh, Jakarta, Ahad(1/6).

Saleh menilai, pengawasan ini sama saja dengan melakukan aksi sweeping terhadap khotbah-khotbah di masjid. Bagi dia, ini sama saja Indonesia kembali ke era otoriter, dimana saat itu khotib di masjid selalu diawasi dan bahkan harus mendapat persetujuan pihak keamanan.

Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Siti Nafsiah, MSW, menyarankan, sebaiknya isu itu tidak dimunculkan di ranah publik. "Saya berharap Jokowi tidak begitu. Semoga salah info saja. Namun jika benar, itu keterlaluan," jelasnya.

Jokowi kalau seperti itu berarti parno terhadap aktifitas keislaman. "Belum jadi presiden sudah mengawasi kegiatan dakwah di Masjid, bagaimana nantinya. Lagian kan Jokowi itu Muslim, masa mau menyakiti umat Islam, ingat kaum Muslim itu mayoritas di sini. Pendekatannya jangan begitu," papar Nafsiah.

PDI Perjuangan menjalankan aksi intelijen terhadap masjid-masjid. Mengawasi setiap khotbah yang ada. Anggota Tim Sukses Jokowi-JK Eva Kusuma Sundari tidak menampik itu. Dia mengatakan, memang kader partai yang muslim diminta untuk melakukan aksi intelijen terhadap masjid-masjid.


Redaktur : Joko Sadewo
Reporter : Erdy Nasrul
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar