Prabowo Dipandang Sebagai Sosok 'Mikul Dhuwur, Mendhem Jero'
Ahad , 08 Jun 2014, 15:17 WIB
dok Suryo Prabowo
Calon Presiden Prabowo Subianto mengunjungi dan mengikuti haul mantan Presiden RI Soeharto di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Ahad (8/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto dinilai memahami falsafah Jawa mikul dhuwur, mendhem jero (memikul tinggi-tinggi, memendam dalam-dalam--red). Misalnya terlihat dari kehadirannya pada haul almarhum Soeharto.

Koordinator pemenangan Prabowo-Hatta wilayah Jawa Tengah, Suryo Prabowo kehadiran Prabowo itu menunjukkannya menjunjung tinggi pemimpin. Sedangkan kesalahannya harus ditutupi. 

"Prabowo tidak pernah mempermasalahan kesalahan yang terjadi pada masa lalu. Kehadiran Prabowo di haul Pak Harto menunjukkannya menghayati falsafah Jawa, mikul dhuwur, mendhem jero yang diperolehnya dari Pak Harto. Salah atau benar, sebagai orang tua yang telah berjasa, Pak Harto harus tetap dihormati," ujarnya saat mengikuti haul Soeharto di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Ahad (8/6).

Suryo menambahkan, Prabowo selalu menghormati siapa saja yang ingin atau telah berjasa pada bangsa Indonesia. Ia menyebut BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Sukarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan bahkan Joko Widodo (Jokowi).

"Prabowo menghormati Pak Harto karena jasanya sangat besar bagi Indonesia dan stabilitas politik kawasan. Di zaman Pak Harto stabilitas dalam negeri selalu terkendali. Indonesia disegani sebagai macan di Asia," ujarnya.

Kehadiran dalam haul Soeharto juga dinilai sebagai bentuk kebesaran jiwa Prabowo. Karena, ia menilai, tak mudah melakukan itu mengingat Prabowo pernah dikucilkan. 

"Prabowo menyadari, bangsa Indonesia tidak akan maju kalau terus melihat ke belakang. Kehadiran Prabowo juga merupakan tanda sudah tidak ada masalah antara dirinya dengan keluarga Pak Harto," papar dia.

Dalam hitungan politik, ujarnya, kehadiran Prabowo ke haul Soeharto dapat saja merugikan. Karena sampai saat ini masih ada orang yang tidak suka dengan pemimpin era Orde Baru itu.

"Tapi itulah Prabowo, dia selalu melihat orang dari sisi baiknya. Prabowo tidak pernah negative thinking. Dia sadar betul, setiap orang bisa saja keliru atau khilaf dalam hidupnya. Tapi yang lebih penting bagi Prabowo bangsa ini tidak bisa dibangun dengan rasa benci dan saling bermusuhan," paparnya.

Redaktur : Mansyur Faqih
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar