Pendukung Prabowo-Hatta Diminta Menahan Diri
Senin , 09 Jun 2014, 17:47 WIB
Rakhmawaty La'lang/Republika
Relawan pendukung Prabowo-Hatta yang tergabung dalam Komunitas Masyarakat Penyelamat Indonesia (KOMPI) membubuhkan tanda tangan pada sebuah spanduk sebelum melakukan pawai dan aksi long march menuju Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (7/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa diminta untuk menahan diri dan tidak mudah terprovokasi.

"Seluruh pendukung Prabowo-Hatta di Jateng jangan terpancing, tetap tenang. Spanduk yang dirusak bisa dicetak kembali", ujar Penasihat tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa Jawa Tengah di tengah rapat pemantapan Satuan Pengamanan Ormas dan OKP di Solo, Senin (9/6).

Menurutnya, deklarasi kampanye damai belum menjamin keamanan di tingkat akar rumput. Nyatanya, aksi kekerasan justru terjadi. Terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di Solo dan Jepara, spanduk Prabowo-Hatta dirusak massa. 

Suryo menengarai, pengrusakan tersebut bentuk mulai terusiknya konsolidasi pendukung Jokowi-JK di Jawa Tengah. Karena Jawa Tengah, khususnya Solo, merupakan wilayah basis massa PDI Perjuangan. 

"Gubernurnya saja dari kelompok merah. Mereka seperti tidak rela kandangnya berkibar merah putih. Konsolidasi mereka goyah karena terganggu oleh luasnya dukungan rakyat pada Prabowo", jelasnya.

Tidak hanya di Solo dan Jepara, ujarnya, di  Yogyakarta rumah relawan Jokowi-JK dilempari bom molotov oleh orang tidak dikenal. Menurutnya, tindakan kekerasan itu bisa saja dilakukan oleh pendukung kedua-belah pihak. 

Namun, sangat mungkin juga bisa dilakukan oleh pendukung Jokowi yang kerap menggunakan taktik menyerang diri sendiri. Seperti yang lazim dilakukannya untuk membangun persepsi teraniaya dan terzalimi. 

"Ini bisa disebut sebagai Tukulistik, mempermalukan diri sendiri atau menzalimi diri sendiri untuk menuai simpati. Coba lihat Tukul itu, tidak sungkan mempermalu dan menyiksa diri sendiri agar tetap disukai penontonnya. Ini capres tontonan bukan capres yang bisa memberi tuntunan", kritiknya.

Terhadap berbagai aksi kekerasan tersebut, ia pun meminta aparat keamanan memberi tindakan. Karena jika tidak direspons secara terukur atau didiamkan, maka dikhawatirkan akan bisa memicu terjadinya konflik fisik di lapangan.

Redaktur : Mansyur Faqih
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar