Soal KKN JK, Indra Pilliang Sebut Doli Berdusta
Jumat , 13 Jun 2014, 02:12 WIB
Edwin Dwi Putranto/Republika
Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) saat debat capres, Senin (9/6)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tim Pemenangan Jokowi-JK Indra J Piliang menyebut Wasekjen DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia tidak pandai dalam berkomunikasi politik. Pernyataan itu disampaikan Indra menanggapi tuduhan Doli yang mengatakan Jusuf Kalla dipecat Presiden Gus Dur saat menjabat sebagai Menteri Perdagangan karena kasus korupsi.

"Cara komunikasi dia (Doli) kurang canggih. Kalau dia politisi modern harusnya tidak seperti itu," katanya saat dihubungi Republika, Kamis (12/6).

Menurut mantan politisi Golkar ini, masalah pribadi seharusnya tidak dibawa-bawa dalam kontestasi pemilihan presiden (pilpres). Bahkan, Indra menyebut Doli telah berbohong dan kalap atas apa yang dituduhkan. "Dia (Ahmad Doli Kurnia) itu berdusta. Dia sedang kalap," kata politisi Golkar yang dipecat karena mendukung Jokowi-JK ini.

Indra mengatakan, jika Doli menyampaikan informasi tersebut, mantan politisi Golkar ini mempertanyakan kapasitas kehadirannya. Sebab, pada tahun 2000 Doli belum menjadi anggota dewan. "Apa waktu itu dia hadir di sana? Kalau dia tidak hadir di sana berarti dusta," katanya.

Sebelumnya, dalam keterangan resminya Doli menyebut JK dipecat karena alasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Alasan KKN itu diutarakan Gus Dur dalam Rapat Konsultasi Tertutup antara pemerintah dan DPR di gedung DPR, Jakarta, Kamis 27 April 2000. Saat itu Gus Dur memilih menyampaikan alasan pemecatan JK secara tertutup ke DPR karena tidak ingin mempermalukan JK.

Doli mengatakan dalam keterangan resminya, bahwa JK dipecat Gus Dur bukan hanya karena KKN tetapi juga indisipliner. Yaitu karena pergi ke luar negeri tanpa izin Gus Dur.

 "Gus Dur berang, JK sebagai pembantu presiden pergi keluar negeri tanpa izin. Namun saat ingin dipecat Gus Dur, JK selamat karena menyodorkan kertas kosong yang diklaim sebagai izin. Gus Dur yang mengalami gangguan penglihatan percaya. Belakangan baru diketahui itu bohong. Jadi JK ini sudah punya bakat pembohong," kata Sekjen PB HMI tahun 1999-2001 tersebut.

Menurut dia, rakyat perlu diingatkan lagi mengenai masalah itu. Sehingga, tidak memilih pemimpin seperti membeli kucing dalam karung. "Silakan rakyat yang menilai sendiri, itulah fakta yang harus diingat. Sebagai cawapres, JK ini tidak bersih-bersih amat. Sayang saat JK dipecat Gus Dur KPK belum ada," papar Juru Debat Timkamnas Prabowo-Hatta itu.

Redaktur : Taufik Rachman
Reporter : mas alamil huda
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar