Banyak Gunakan Kata 'Saya', Jokowi Dianggap Kalah Telak
Selasa , 17 Jun 2014, 10:50 WIB
antara
Joko Widodo (Jokowi) menyalami para pedagang pasar ketika berkunjung ke Pasar Induk Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (16/6) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prabowo Subianto dianggap menang mutlak dalam debat pilpres kontra Joko Widodo (Jokowi). Baik dari segi isi debat, penggunaan istilah, hingga sikap atau gestur yang memperlihatkan figur seorang pemimpin. 

Psikolog politik Universitas Indonesia, Dewi Haroen mencatat penggunaan istilah ‘saya’ dan ‘kita’ oleh dua capres pada sesi visi misi. Menurut pengamatannya Jokowi lebih sering menggunakan 'saya' ketimbang 'kita'.

Padahal jargon yang digunakan capres tersebut adalah 'kita'. Sebaliknya, kata-kata Prabowo malah jauh lebih banyak menggunakan 'kita' dalam debat kemarin. Meski sederhana namun pilihan penggunaan istilah itu menggambarkan kecenderungan yang berbeda antara keduanya.

"Keterbatasan pemahaman Jokowi menyebabkan dia memakai istilah ‘saya’ pada sesi itu. Karena dia bercerita tentang pengalamannya ketika jadi Wali Kota Solo dan Gubernur Jakarta. Visi misi harusnya merujuk pada sesuatu yang akan datang rencana yang akan dilakukan oleh kabinetnya. Bukan pengalaman dia sebagai Wali Kota Solo atau Gubernur Jakarta,” kata Dewi, Selasa (17/6). 

Menurutnya, visi misi Prabowo sudah benar. Sehingga dia memakai istilah ‘kita’ untuk menggambarkan pelaku pembangunan adalah pemerintah dengan rakyat. "Dia sudah benar dengan menggunakan istilah ‘kita’ dan bukan 'saya',” kata Dewi.

Selain itu, tambahnya, dari sisi sikap dan gestur, jawaban Jokowi sering disampaikan dengan gagap atau terbata-bata. "Sebagai psikolog saya tahu bahwa jawaban gagap artinya yang bersangkutan ragu dan tak yakin pada jawabannya sendiri," katanya. 

Menurutnya, tanda kalau Jokowi gugup tampak dengan suaranya yang melemah dan tidak bisa santai. Setidaknya, tiga kali Jokowi tergagap. "Antara lain ketika menjawab dua anak ketika menyoal BKKBN dan lima kali terhenti sejenak," kata Dewi. 

Jokowi juga terlihat sering melirik kanan kiri dan tidak fokus. Bahkan sesekali dia melihat contekan yang dibawanya. "Itu tanda bahwa Jokowi belum menguasai masalah yang dikemukakan. Pengetahuannya terbatas meski mungkin sudah dikatrol. Itu tidak menyakinkan bagi yang melihat," katanya. 

Sebaliknya, Dewi mendapati suara Prabowo selalu bersemangat dan stabil. "Bahasa tubuhnya menunjukkan dia fair, pribadi yang hangat dan spontan. Lihat saja ketika sampai soal ekonomi kreatif, Prabowo tak segan menghampiri Jokowi dan memeluknya. Itu menunjukkan kebesaran jiwanya," kata Dewi. 

Menurutnya, jiwa besar seperti itu tidak serta merta bisa dimiliki semua orang. "Mungkin karena dia pernah mengalami aneka pengalaman hidup sehingga dia bisa seperti itu," kata Dewi.   

Ketiga, paparnya, sikap Prabowo menggambarkan kenegawaranan dan cenderung dapat merangkul semua pihak. "Seorang presiden mutlak harus bisa merangkul semua pihak, visioner dan berpandangan makro. Dia menang mutlak tadi malam," kata Dewi. 

Redaktur : Mansyur Faqih
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar