REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat media sosial, Ignatius Haryanto menganggap apa yang dilakukan Wimar Witoelar di media sosial sebagai kebebasan berekspresi.
Dia, menyarankan kepada pihak Muhammadiyah agar mau membuka dialog dan duduk bersama dengan Wimar untuk mencari satu jalan keluar terkait gambar yang diunggah Wimar di media sosial.
"Itu suatu khilaf yang dilakukan Wimar dan sudah diakui juga minta maaf. Nanti akan repot kalau Muhammadiyah dilihat sebagai anti kebebasan berekspresi atau membuat pengekangan," tutur Ignatius saat dihubungi Republika, Ahad (22/6).
Menurutnya, persoalan tersebut pasti bisa didialogkan bersama. Tetapi tentunya perlu perantara lain, misalnya Malik Fajar yang pernah menjadi menteri di jaman pemerintahan Abduraman Wahid (Gus Dur). "Mereka bisalah berkomunikasi mencai pemahaman bersama terkait kasus tersebut," ujar Ignatius.
Dia melanjutkan, jangan sampai kebebasan berekspresi yang dilakukan Wimar sampai berkepanjangan, apalagi menggunakan UU Informasi Teknologi Elektronik (ITE) untuk mempidanakan kasus tersebut. "Karena bagaimanapun, Muhammadiyah dan Wimar adalah dua orang dari institusi yang baik," lanjutnya.
Sebelumnya diketahui pada Ahad (15/6) lalu, Wimar Witoelar memposting sebuah foto di akun Facebook-nya. Isinya, berupa foto yang memerlihatkan Prabowo Subianto dan elite koalisi Merah Putih yang dipadukan dengan tokoh terorisme. Foto yang diduga rekaan tersebut memperlihatkan Prabowo bersama Hatta Rajasa bersama serta elite partai pendukungnya. Seperti Anis Matta, Aburizal Bakrie, Suryadharma Ali hingga Tiffatul Sembiring.
Terdapat juga tokoh Islam garis keras seperti Ketua FPI Habib Rizieq Shihab dan Abubakar Ba'asyir dan tokoh-tokoh teroris. Selain itu, Wimar juga memberikan komentar terkait foto itu. "Gallery of Rogues. Kebangkitan Bad Guys" (Galeri Bajingan.. Kebangkitan Orang Jahat).
Sontak, tindakan Wimar itu memunculkan banyak komentar. Mulai dari yang menyatakan dukungan hingga permintaan untuk menghapus foto tersebut. Gerah mendapati berbagai kritik dan serangan dari pengguna Facebook dan Twitter, Wimar pun menutup akunnya.