REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo, kembali mempersoalkan pertanyaan yang diajukan lawannya, capres nomor urut 1, Prabowo Subianto.
Jokowi menjelaskan, pada saat itu pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi yang cukup melemahkan perekonomian Indonesia sehingga sebagai pimpinan negara, Megawati akhirnya memutuskan menjual Indosat kepada Singapore Technologies Telemedia (STT).
Jokowi bahkan menuding Prabowo, yang menanyakan rencana Jokowi terkait hal itu saat debat capres Ahad (22/6) malam, tidak sensitif dengan penderitaan masyarakat saat itu.
"Kita yang ada di dalam negeri pasti rasakan itu, krisis ekonomi mendera kita seperti apa. Pak Prabowo tidak merasakan itu karena saat itu Beliau tidak di dalam negeri. Saya nggak tau dia dimana," kata Jokowi di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin malam.
Lagi pula, menurut Jokowi, penjualan 41,9 persen saham pemerintah di PT Indosat sebelumnya sudah disetujui oleh DPR dan MPR saat itu.
"Karena krisis ekonomi ketika itu dapat berdampak panjang hingga 6-7 tahun. Dalam kondisi krisis, ya kan, kita memang harus punya pilihan-pilihan, dan pemimpin harus memutuskan mana yang baik untuk negara dan mana yang tidak. Dan saat itu diputuskan menjual Indosat, karena memang negara membutuhkan uang, negara membutuhkan anggaran untuk menjalankan roda pemerintahan," katanya.
"Itu juga sudah disetujui DPR dan MPR. Pertanyaannnya adalah apakah itu bisa dibeli kembali? Bisa. Di klausul ada," jelas Jokowi.
Seperti diketahui, Prabowo Subianto menyinggung perihal penjualan saham ketika era pemerintahan Megawati Soekarnoputri kepada Joko Widodo, dalam Debat Capres jilid III Minggu kemarin. "Makanya saya sampaikan kalau pertumbuhan bisa di atas 7 persen, membeli Indosat itu bukan sesuatu yang sulit. Kalau dinilai rugi, ya manajemennya diperbaiki," katanya.