'Kok Pemahaman Jokowi Soal Ketahanan Nasional Dangkal?'
Selasa , 24 Jun 2014, 15:28 WIB
Republika
Joko Widodo mengunjungi Pasar Senin, Jakarta,Jumat (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Joko Widodo (Jokowi) dianggap belum siap untuk menjadi capres. Setidaknya terlihat pada debat ketiga Ahad (22/6) yang menegaskan ia belum memiliki pengetahuan di bidang politik internasional.

"Membedakan antara ketahanan nasional dan pertahanan negara saja Jokowi masih kebingungan", ujar penasehat tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Letjen TNI (purn) Suryo Prabowo saat berdialog dengan komunitas pemerhati ketahanan nasional di Jakarta, Selasa (24/6).

Menurutnya, Jokowi menyederhanakan persoalan ketahanan nasional (tannas) menjadi pertahanan negara (hanneg). "Bahkan lebih kecil lagi, Jokowi memahami ketahanan nasional sebagai pertahanan militer. Ini hal mendasar tapi keliru dipahami Jokowi," ujarnya.

Karena kesalahan mendasar tersebut, paparnya, Jokowi jadi menjebak dirinya sendiri masuk pada persoalan teknis peralatan militer. Seperti pengadaan tank Leopard oleh TNI AD dan penggunaan pesawat tanpa awak (drone) untuk mengawasi pergerakan kapal laut.

"Pemilihan penggunaan drone untuk menghadapi perang cyber dan perang hybrid menunjukkan ketidaktahuan Jokowi tentang drone dan penggunaannya. AS negara yang kaya dan pencipta drone saja tidak menggunakan drone untik tugas seperti itu," jelasnya.

Menurut Suryo, untuk mengawasi laut, Indonesia telah menggunakan vessel tracking. Yaitu suatu sistem penginderaan yang berbasis satelit. 

Teknologinya pun 100 persen dikuasai anak bangsa Indonesia dengan biaya 100 kali lebih murah dari penggunaan drone yang sampai triliunan rupiah.

"Kalau pun sekarang ini belum efektif semata-mata karena minimnya anggaran dan masih adanya tumpang tindih kewenangan penindakan dari berbagai unsur keamanan laut," urainya.

Ia menjelaskan, hal itu berbeda dengan Prabowo yang memiliki pemahaman komprehensif tentang ketahanan nasional. Sehingga menjadikannya tidak bisa disetir pihak luar. 

"Jokowi seperti hanya menerima titipan pesanan dari pelaku bisnis industri pertahanan. Terlihat dari materi debat yang terlalu teknis," ungkapnya.

Ia pun mempertanyakan keberadaan beberapa jenderal seniornya yang mendukung Jokowi. "Ada banyak jenderal senior saya yang mendukung Jokowi. Tapi kok pemahaman Jokowi soal ketahanan nasional sangat dangkal. Ini jenderalnya yang tidak paham atau Jokowinya yang sulit mengerti?" papar dia.

Redaktur : Mansyur Faqih
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar