REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Salah satu peserta konvensi capres Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo mengajak masyarakat untuk mengurangi jumlah golongan putih (golput). Berdasarkan data dari beberapa pemilu yang digelar di negeri ini tren masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya terus meningkat.
Pada pemilu 1999, angka golput mencapai 10,21 persen. Kemudian naik menjadi 23,34 persen pada 2004 dan 29,01 persen pada 2009.
Jumlah masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya itu sangat besar jika dibandingkan dengan angka golput pada pemilu masa pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru. Ketika itu, angka golput tidak pernah lebih dari 10 persen.
Menurutnya, peningkatan jumlah golput perlu menjadi perhatian penyelenggara pemilu dan seluruh lapisan masyarakat. Karena bisa menurunkan kualitas dari pesta demokrasi rakyat lima tahunan itu.
"Jika tidak diantisipasi dengan melakukan berbagai hal yang dapat meningkatkan partisipasi pemilih, dikhawatirkan jumlah golput pada pemilu 2014 akan meningkat tajam sekitar 35 hingga 40 persen," ujarnya.
Pramono menjelaskan, menggunakan hak pilih dalam pemilu 2014 sangat penting untuk menentukan masa depan bangsa.
"Memberikan suara dalam pemilu dinilai sebagai usaha yang baik karena kita perduli dengan masa depan bangsa," ujar mantan KSAD itu.
Ia pun mengimbau publik agar cerdas dalam mengenali karakter setiap calon. Karena pada saat ini kemudahan mendapatkan informasi melalui berbagai media massa dapat memudahkan menentukan pilihan.
Rakyat pun diminta mencari rekam jejak mengenai sosok calon wakil rakyat dan capres yang akan didukung serta dipilih.
"Kita harus memiliki rasa optimis, gali informasi sebanyak mungkin dan kenali calon pemimpin dengan baik. Rasanya masih banyak orang baik dan berkualitas serta perduli terhadap bangsa ini," ujar adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.