Presiden PKS Anis Matta (tengah),Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (kiri) dan Anggota Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (kanan) saat menghadiri Musyawarah XI Majelis Syuro PKS di DPP PKS, Jakarta, Sabtu (1/2). (Republika/Prayogi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ahmad Norma Permata menilai pengukuhan tiga calon presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hanyalah untuk pencitraan internal di partai tersebut.
"Kalau saya lihat, pencalonan itu untuk konsumsi internal untuk menunjukkan kepada jaringan di bawah bahwa mereka baik-baik saja," kata Norma saat dihubungi dari Jakarta, Senin (3/2).
Menurut dosen ilmu politik itu, partai berlambang bulan sabit kuning itu tidak hanya hidup sebagai partai politik, tetapi juga merupakan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang mewadahi pengikut Jamaah Tarbiyah.
Pengukuhan tiga capres itu dinilai Norma hanya sebagai cara untuk meyakinkan jaringan di bawah mereka tetap solid, meski dihadang kasus suap impor daging yang melibatkan mantan pimpinan partai Luthfi Hasan Ishaq.
"Kalau orang internal melihat PKS ini sudah habis. Bahkan di 'electoral threshold' peluang mereka susah," ujarnya.
Norma juga menganggap pengukuhan tiga capres, yakni Anis Matta, Hidayat Nur Wahid dan Ahmad Heryawan, bukanlah langkah politik serius yang dilakukan PKS di tengah kondisi mereka yang terpuruk.
"Prospeknya berat, saya menduga PKS di pemilu legislatif saja mungkin tidak akan lolos. Kecuali ada partai lain yang kena embusan isu korupsi atau lainnya yang menjatuhkan, baru PKS bisa naik," ucapnya.
Berdasarkan Musyawarah XI Majelis Syura PKS, ada tiga nama yang diusung partai dalam Pemilu Presiden Juli 2014.
Mereka yakni Hidayat Nur Wahid, Anis Matta dan Ahmad Heryawan. Ketiganya juga memperoleh suara terbanyak dalam Pemilihan Raya (Pemira), semacam konvensi capres, yang dilakukan partai secara internal.