Home >> >>
'Dahlan Iskan tak Boleh Jadi Presiden Kalau tak Mampu Terbangkan Merpati'
Kamis , 20 Feb 2014, 22:42 WIB
Petugas melayani pengembalian uang tiket calon penumpang Merpati Nusantara Airlines di Jakarta, Jumat (7/2). (Antara/Puspa Perwitasari)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai penerbangan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) diharapkan terus beroperasi. Guru Besar Universitas (UI) Sri Edi Swasono meminta Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan tidak "menutup" maskapai tersebut.

Bahkan, Sri Edi mengatakan jika Dahlan tak mampu mempertahankan Merpati maka ia tak layak jadi presiden. "Pak Dahlan tidak akan bisa menerbangkan Indonesia kalau tak bisa menerbangkan Merpati. Dia tidak boleh jadi Presiden,” ujar profesor ahli ekonomi kerakyatan itu, Kamis (20/2).

Sri Edi menyarankan agar Dahlan Iskan mencari Dirut Merpati yang benar-benar mengerti kondisi Merpati saat ini. Sehingga, bisa mengeluarkan Merpati dari keterpurukan.

“Cari Dirut Merpati yang patriotik professional, tidak sekedar Dirut yang lulus fit and proper test  as such, apa lagi yang neoliberalistik usang,” katanya.

Seperti diketahui, kondisi Merpati semakin mengenaskan akibat defisit kas perusahaan, penghentian operasi sejumlah rute penerbangan, tunggakan asuransi, hingga tunggakan biaya gaji karyawan. Restrukturisasi perusahaan yang kini terbebani utang sekitar Rp 6,7 triliun itu sudah dijalankan sejak 2005.

Perusahaan penerbangan "pelat merah" tersebut sudah menghabiskan dana hingga sekitar Rp 3,6 triliun untuk menyelamatkan Merpati.

Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan menegaskan konsolidasi yang memaksa Merpati menutup sementara rute penerbangan merupakan konsuekuensi dari restrukturisasi yang dijalankan manajemen perusahaan.

"Itu sifatnya sementara, tapi diharapkan paling lambat akhir Maret 2014 konsolidasi sudah selesai. Merpati bisa terbang lagi," ujarnya, Selasa (4/2).

Redaktur : Muhammad Hafil
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar