Home >> >>
Survei: Masyarakat Jawa Cenderung Memilih Pemimpin Jawa
Ahad , 23 Feb 2014, 15:32 WIB
Republika/Tahta Aidilla
Priyo Budi Santoso

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada kecenderungan secara psikologi politik, etnis Jawa akan lebih memilih pemimpin dari etnis Jawa. Ini berbeda dengan etnis luar Jawa yang lebih terbuka untuk memilih pemimpin di luar etnis mereka. 

 

Survei yang dilakukan lembaga Survey and Polling Indonesia (SPIN) menyebutkan pasangan capres Jawa dan cawapres Jawa lebih berpeluang memenangi Pilpres 2014. Direktur Eksekutif SPIN Danny Indrianto mengatakan lebih tingginya kombinasi Jawa-Jawa karena jumlah pemilih suku Jawa terbanyak
diantara suku-suku lainnya.

 

Selain itu, lanjutnya, latarbelakang para calon pemimpin nasional 2014 juga kebanyakan bersuku Jawa. Baik yang betarung di kelas presiden maupun yang di wakil presiden. "Pemilih Jawa cukup tersebar di berbagai provinsi dan mereka memiliki kecenderungan memilih calon pemimpin nasional 2014 yang memiliki latarbelakang suku yang sama dengan dirinya," jelas Danny, Ahad (23/2).

Ini berbeda dengan suku di luar Jawa yang cenderung lebih membuka ruang pada calon pemimpin nasional 2014 yang berbeda suku dengan dirinya. "Yang menarik itu, ada pernyataan dari seorang tim sukses capres tertentu yang mengklaim bahwa jagonya itu memiliki keturunan Raja-Raja dahulu.,'' kata dia. Secara framing tidak bisa dipungkiri dalam event sekelas
pilpres, etnis Jawa dalam etnopolitic  menjadi isu sangat seksi.

Saat ini, kata Danny, juga sudah muncul wacana pasangan capres Jawa-Cawapres Jawa, yang sering dimunculkan media massa. Seperti Prabowo Subianto-Priyo Budi Santoso, Joko Widodo - Priyo Budi Santoso, Megawati Soekarnoputri-Joko Widodo, dan Joko Widodo-Puan Maharani.

Danny menyebut etnisitas masih mendapatkan perhatian penting bagi kalangan partai politik dan elit politik. Terbukti dalam perhelatan pemilukada, etnisitas dan politik identitas
didiskusikan secara terbuka. Sebagai contoh Pilgub Kalimantan Selatan 2010. Alasan, masyarakat memilih gubernur idolanya adalah dilatarbelakangi etnis atau putera daerah. Demikian juga yang terjadi di Pilgub Kalimantan Barat 2007.

Dosen Universitas Indonesia Imam Mahmudi mengatakan Jawanisasi adalah salah satu alat propanganda yang dilakukan Orde Baru. Tujuannya sangat beragam. Di antaranya untuk investasi politik.

Redaktur : Joko Sadewo
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar