REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Elektabilitas Jokowi yang merajai hampir di semua survei menjadikan magnet politik bagi parpol lain untuk berkoalisi dengan PDI Perjuangan. Terlihat beberapa parpol secara terbuka telah mengatakan siap untuk bergabung dalam barisan koalisi dengan partai berlambang banteng bermoncong putih itu.
Pengamat politik dari Reform Institute Yudi Latif mengatakan, fenomena itu menunjukkan pragmatisme politik dari parpol untuk berkuasa. Mereka begitu mudah ingin berkoalisi hanya dalam euforia dari calon yang menurut survei dianggap kuat.
Hal ini semakin membuka mata masyarakat bahwa politik di Indonesia benar-benar politik yang didasari atas orientasi kekuasaan semata. Bukan berdasar nilai-nilai yang diperjuangkan.
"Ini juga konsekuensi dari partai yang tidak punya ideologi," kata Yudi kepada //Repubika// di sela-sela Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan di Pondok Pesantren Darul Ma'arif Bandung, Sabtu (15/3).
Kalau partai itu berbasis pada ideologi, kata dia, pada nilai tertentu dia tidak akan begitu mudah dalam menyatakan dukungan ke parpol lain. Biarpun tokoh dari partai lain populer, hal itu tidak menjadikan alasan untuk 'menjual' ideologinya demi syahwat untuk berkuasa.
Yudi menambahkan, bagaimanapun tetap dibutuhkan partai yang harus mengambil peran oposisi. Menurutnya, pelajaran penting dari PDI Perjuangan setelah dua periode beroposisi itu menunjukkan bahwa pada masanya efek balik positifnya juga kembali ke partai.