REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tak mau ambil pusing dengan banyaknya warga Jakarta yang kecewa dengan keputusan pencapresannya. Menurut dia, penolakan warga tersebut merupakan hal yang biasa.
"Ya tidak apa-apa, itu kan demokrasi. Ada yang mau mendukung silahkan, yang tidak mendukung ya tidak apa-apa," ujar calon presiden yang diusung PDI Perjuangan tersebut, sesaat sebelum meninggalkan Balai Kota, Senin (17/3).
Dia enggan menyebut penolakan dari warga tersebut merupakan bentuk serangan dari pihak yang tidak setuju dengan pencapresannya. Jokowi hanya meminta kepada mereka agar bertarung secara fair dengan adu program, bukan dengan menjelek-jelekkan.
"Lebih baik kalau politik itu disampaikan secara santun. Tidak dengan cara-cara menyerang, ejek-mengejek. Itu tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat," kata pria kelahiran 1961 ini.
Dia juga menanggapi pernyataan warga yang kecewa lantaran ia tidak menyelesaikan masa jabatan selama lima tahun. Menurut Jokowi, selama konstitusi tidak melarang seorang pejabat menyalonkan diri sebagai presiden, meski belum menyelesaikan masa jabatan, maka hal itu boleh dilakukan.
"Kalau tidak diperbolehkan pasti partai tidak akan mencalonkan," kata mantan Wali Kota Solo tersebut.