REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktif bersosialisasi adalah hal biasa bagi Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa. Di saat mendekati pemilu legislatif 9 April ini, Hatta memaksimalkan hal itu.
Saat berkunjung ke Kendari, Sabtu (22/3) malam, Hatta berjalan kaki bersama rombongan, dari Hotel Clarion menuju penjual durian di pinggiran pantai. Jaraknya sekitar 500 meter. Sepanjang jalan itu, pemuda dan masyarakat sekitar meminta berfoto bersama, "Pak, foto bareng dong," jelas siswa sebuah SMA di Kendari, Aisyah. Hatta kemudian berfoto bersama pemilih pemula itu.
Hal sama dilakukan ketika Hatta disapa masyarakat sekitar. Setelah berjalan hampir 30 menit, Hatta singgah di tempat penjual durian. "Ayo makan dulu," paparnya. Bapak empat anak ini kemudian menyantap durian bersama Gubernur Sulawesi Tenggara, Nuralam, dan sejumlah pejabat daerah.
Tak ada yang istimewa dari sosok pria berambut putih ini. Pada Jumat (21/3), Hatta berkampanye di Sumedang, Jawa Barat. Ajudannya, Agus, mempersiapkan mobil pribadi, Toyota Land Cruiser hitam bernomor polisi B 4 CID. Sejak pukul 9.30 WIB mobil sudah dinyalakan. Lima menit kemudian datanglah dua bus 3/4 milik PAN.
Hatta yang berambut putih kemudian keluar dari rumahnya di Fatmawati Golf Mansion. Agus memberikan hormat. Mobil Toyota Land Cruiser yang sudah disiapkan tidak disentuhnya. Hatta memilih menumpangi bus PAN bernomor polisi B 7192 SDA. "Selamat pagi," sapanya.
Bus berjalan menuju Sumedang. Meskipun saat ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian RI, Hatta bepergian kampanye tanpa mobil patroli pengawalan. Tak ada bunyi sirine. Ketika sampai di Tol Cikampek KM 11, bus terjebak kemacetan. Hatta terlihat tenang. Dia tidak menggerutu. Hanya diam. "Biasa saja," jelas Hatta.
Kemacetan sudah menjadi hal biasa yang dirasakannya. Sebelum menjadi menteri, tepatnya sebelum reformasi 1998 terjadi, Hatta kerap meluangkan waktu bersama keluarga. Pada sore hari, Hatta sampai di rumahnya. Dialog dengan istri tidak pernah dilewatkan. Sesekali Hatta mengajarkan anak - anaknya mengaji.
Ketika itu anak - anaknya beranjak dewasa. Yang tertua adalah Muhammad Reza Rajasa, kemudian disusul Siti Ruby Aliya Rajasa, Azimah Rajasa, dan Rasyid Rajasa. Hatta kerap menjadi imam shalat berjamaah di keluarga. Di akhir pekan, dia bepergian bersama keluarga, menikmati santapan makanan di restauran. Sesekali mereka umroh bersama.
Ketika reformasi bergulir, Hatta didorong oleh pendiri PAN, Amin Rais, untuk menjadi anggota DPR. Hatta terpilih sebagai wakil rakyat Jawa Barat. Karir politiknya kemudian meningkat. Pada era kepresidenan SBY, Hatta dipercaya menjadi menteri perhubungan dan kini menjadi menteri koordinator perekonomian.
Semenjak terjun dalam politik praktis, tidak lagi bersama keluarga. Kalaupun ada waktu, sedikit sekali. Agenda sore hingga malam selalu ada, seperti rapat dengar pendapat dan paripurna. Di kementerian ada saja rapat koordinasi dan kunjungan kerja ke daerah - daerah. "Anak - anak menanyakan, kenapa ayah lebih sering bekerja," ucap anak - anak seperti dituturkan Hatta.
Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1973 ini mulai memberikan pemahaman kepada keluarga. Manusia hidup bersosialisasi. Cakupannya adalah keluarga, lingkungan sekitar, daerah, dan negara. "Ayah saat ini bersosialisasi dalam negara," jelas Hatta menuturkan kisah hidupnya. Prosesnya memang lama. Namun lambat laun keluarga memahami, ayah mereka sedang membangun negara, bahwa itu adalah pekerjaan berat yang membutuhkan banyak waktu.
Dunia politik bukanlah hal baru baginya. Ketika belajar di ITB sekitar 1975, Hatta aktif sebagai senator mahasiswa. Dia aktif dalam pergerakan kemahasiswaan. Di saat rambutnya memutih, dia membuat gagasan yang dituangkan dalam pergerakan. Waktu diluangkan untuk pengorbanan demi bangsa yang terus mengalami pembangunan.
Alumni ITB Angkatan 1986, Ibnu Mahmud Bilaludin, menyatakan Hatta dikenal sebagai sosok bersahaja. Kalau makan tidak milih - milih. "Waktu menjadi Menteri Perhubungan, saya pernah makan nasi bungkus bersama beliau," imbuhnya mengenang.