REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat Dino Patti Djalal menilai meritokrasi merupakan level selanjutnya dalam sistem demokrasi Indonesia yang memilih pemimpin tanpa melihat isu suku, agama, dan ras.
"Pemilu 2014 merupakan ujian bagi Indonesia untuk menerapkan sistem meritokrasi dalam sistem politik kita," kata Dino sebelum memberikan kuliah umum di Pondok Pesantren Al Fadliliyah Darussalam, Ciamis, Jawa Barat, Minggu.
Dino menjelaskan meritokrasi politik diartikan bahwa pemilih hanya mementingkan kompetensi dan integritas dalam pilihannya.
Konsep meritokrasi itu menurut dia harus ditumbuhkan dalam politik Indonesia sehingga orang yang memiliki kompetensi dan integritas bisa masuk dalam sistem tersebut.
Dia mengatakan dirinya dalam keliling Indonesia memotivasi semua orang untuk menerapkan politik biaya rendah, meritokrasi, dan budaya unggul.
"Tujuan utama saya maju dalam konvensi Demokrat adalah memotivasi semua orang untuk menerapkan politik biaya rendah, meritokrasi, dan budaya unggul," katanya.
Dino mengatakan dirinya lebih suka menggunakan "soft campaign" dalam menyebarluaskan ide-idenya tersebut. Hal itu menurut dia juga disebabkan dirinya tidak masuk sebagai juru kampanye nasional Partai Demokrat.
"Saya lebih nyaman berbicara mengenai ide-ide dalam diskusi interaktif karena penggunaan umbul-umbul partai lebih baik dalam (acara) konvensi," ujarnya.
Sebelumnya di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Dino menyebut pesantren sebagai tempat penghasil para pemimpin bangsa. Menurut Dino, hal itu tercatat dalam sejarah Indonesia, yaitu peran pesantren dalam melahirkan seorang pemimpin.
"Peran pesantren dari masa perjuangan kemerdekaan hingga saat ini terbukti sangat produktif melahirkan para pemimpin yang mampu menjadi tonggak sejarah perjalanan bangsa ini," kata Dino saat memberikan kuliah umum di pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (29/3) malam.
Dino menegaskan, di masa depan tradisi pesantren yang menghasilkan pemimpin jangan putus. Karena itu, menurut dia, para santri harus dibekali pendidikan teknologi, semangat kegigihan dan jiwa kewirausahaan.