Home >> >>
PAN: Capres Ideal Harus Pernah Jadi Menteri
Selasa , 01 Apr 2014, 11:05 WIB
Republika/ Tahta Aidilla
Petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) menata berkas nama Daftar Calon Sementara (DCS) anggota legislatif Partai Amanat Nasional di kantor KPU, Jakarta, Senin (22/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Amanat Nasional (PAN) menilai calon presiden ideal haruslah sosok yang berpengalaman mengelola pemerintahan. Setidaknya, capres tersebut pernah menjadi menteri kabinet, sehingga mengetahui seluk-beluk pemerintahan di negeri ini.

Wakil Sekjen DPP PAN Kuntum Khairu Basa menjelaskan, kategori seperti itu merupakan keniscayaan. Dia menilai, pucuk pemerintahan di negeri ini jangan sampai jatuh ke tangan orang yang belum berpengalaman mengelola pemerintahan.

"Pengalaman akan menjadi indikator percepatan pembangunan," jelasnya, kepada RoL, di Jakarta, Selasa (1/4).

Jika negeri ini dipimpin orang yang belum pernah menjadi menteri, maka dikhawatirkan akan banyak waktu terbuang sia-sia. Setidaknya, akan ada adaptasi yang belum tentu memakan sedikit waktu.

Menurutnya, calon presiden dan wakil presiden bukan dilihat dari kesenioran umur.  Dia menjelaskan, lebih diutamakan adalah kesenioran prestasi kerjanya.

Bayangkan, prajurit yang belum berpengalaman langsung ditempatkan menjadi pimpinan jenderal. Yang ada adalah seluruh pasukan akan kocar-kacir. Akan sangat mudah diserang atau dimanfaatkan musuh.

Selain itu, capres dan wakilnya perlu diuji tim khusus. Harus diuji kemampuan manajerialnya, pengetahuan, dan pengalamannya. Pilpres bukan ajang main - main, karena nantinya akan menjadi pucuk pimpinan tertinggi di republik ini. Jadi, baik calon maupun yang mengusung perlu kehati-hatian dalam menentukan keputusan.

Jangan sampai rakyat kedepan semakin susah akibat sistem yang acap kali jadi kelinci percobaan. "Maka itu perlu dibuat aturan baku. Demokrasi itu penting, tapi bukan untuk uji coba," imbuhnya.

 

Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Reporter : Erdy Nasrul
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar