Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto menjadi pembicara dalam acara Series Seminar Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mendapat angin segar jelang pemilu 2014. Yaitu, setelah ratusan guru besar emeritus dan para cendekiawan mendeklarasikan diri untuk mendukungnya sebagai capres.
Mereka yang menjadi inisiator deklarasi antara lain, mantan rektor Unpad Bandung Yuyun Wirasasmita, mantan ketua Forum Rektor 2013 Laode Masihu Kamaludin, Presidium ICMI Nanat Fatah Nasir, Rektor Uhamka Suyatno, dan mantan anggota DPR Marwah Daud Ibrahim.
Prabowo mengaku tidak menduga bakal didukung ratusan akademisi. Dia pun menyatakan, tersanjung atas deklarasi 300 guru besar dan ratusan cendekiawan lain yang menyampaikan amanah kepadanya.
Besarnya amanah dan kepercayaan yang diberikan kepada Prabowo tentu harus diikuti dengan besarnya tantangan bangsa. "Saya sangat terhormat untuk berbakti menjadi presiden 2014-2019," ujar Prabowo di Jakarta, Rabu (2/4).
Ia mengatakan, Indonesia sudah dalam keadaan darurat kesejahteraan. Karena sejak merdeka selama 69 tahun lalu, rakyat Indonesia masih terjerat kemiskinan.
Tak heran jika produk impor membanjiri pasar dalam negeri. Dia pun tidak kaget ketika pepaya, jagung, singkong, ikan asin, dan garam harus didatangkan dari luar negeri. "Petani sebagai produsen menjadi patah semangat," katanya.
Kemiskinan yang melanda Indonesia juga dapat dilihat dari nilai tukar mata uang. Pada 1974, katanya, satu dolar AS sama dengan 360 yen atau setara Rp 416. Sekarang 2014, satu dolar AS sama dengan 103 yen atau setara Rp 12 ribu.
Artinya, yen menguat 300 persen dan rupiah melemah tiga ribu persen. Perbedaan yen dengan rupiah sekitar seribu persen. "Kita mengalami proses pemiskinan. Ke mana kekayaan itu mengalir?" kata mantan panglima Kostrad itu.