Home >> >>
PDIP dan Golkar Sama-sama Mengincar Cawapres PKB?
Sabtu , 12 Apr 2014, 13:31 WIB
ANTARA
Massa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berkumpul (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedekatan historis, kultural dan basis massa di akar rumput antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Partai Kebangkitan bangsa (PKB) yang mayoritas diwakili massa nasionalis dengan warga Nahdliyin diyakini akan menimbulkan koalisi besar dalam pemilihan umum (pemilu) presiden 2014 nanti.

Pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat, menyatakan peluang koalisi antar kedua partai politik (parpol) sangat besar, khususnya antara Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden dari PDIP dengan Muhammad Jusuf Kalla (JK) dari PKB.

"Sebagai salah satu bakal capres dari PKB, Jusuf Kalla yang sudah diakui kepiawaiannya dalam berpolitik, bahkan di kalangan internasional, besar kemungkinan akan dicalonkan menjadi wapres mendampingi Joko Widodo," tutur Cecep saat dihubungi Republika, Sabtu siang (12/4).

Apalagi keduanya memiliki kedekatan emosional dan historis, ujar Cecep, karena Jusuf Kalla dikenal publik sebagai salah satu penggagas pencalonan Jokowi sebagai Gubenur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta bersama wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Pandangan berbeda diungkapkan peneliti The Habibie Centre, Bawono, yang menyatakan PKB berpeluang besar mencalonkan kader internalnya menjadi wapres untuk mendampingi Aburizal Bakrie (ARB) dari Partai Golongan Karya (Golkar).

"Aburizal Bakrie lebih memilih Mahfud MD menjadi wapres karena dengan Jusuf Kalla (JK) memiliki pengalaman konflik historis di Partai Golkar. Mahfud juga dinilai lebih mudah meraih suara dari warga Nahdliyin," papar Bawono saat dihubungi Republika, jumat malam (11/4) melalui layanan pesan singkat (sms).

Peningkatan pesat suara PKB, jelas Cecep, dinilai lebih disebabkan "Nahdlatul Ulama (NU) Effect" daripada sekadar "Rhoma Effect" yang dampaknya lebih kecil. Pasalnya, selama ini, elektabilitas Rhoma tidak begitu tinggi sebagai bakal capres dari PKB.

"PKB berhasil menghimpun kembali massa tradisionalnya dari kalangan warga Nahdliyin sekitar 10 persen suara; karena dari pemilu ke pemilu, sejak 1999, kisaran suara PKB ada sekitar 10 hingga 15 persen," tutur Cecep.

Faktor NU Effect ini, jelas cecep, akan sangat diperhitungkan oleh para capres baik Jokowi, Prabowo mapun Aburizal Bakrie.

Redaktur : Taufik Rachman
Reporter : c59
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar