Home >> >>
Mengapa PKB Terbelah Menjadi Dua?
Senin , 26 May 2014, 22:08 WIB
Republika/ Wihdan
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghadapi pemilu presiden 2014 mendatang, elite-elite Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan tokoh-tokoh Nahdhatul Ulama (NU) terbelah menjadi dua.

Sebagian tokoh-tokoh PKB dan NU mendukung kandidat capres-cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, sebagian lagi mendukung kandidat capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi) dan Muhammad Jusuf Kalla (JK).

Pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Agung Suprio, membuat akronim terbelahnya PKB menjadi dua dengan kata Ramadhan (Rhoma Irama, Mahfud MD, dan Ahmad Dhani) versus Insa (Abdul Muhaimin Iskandar/ Cak Imin dan Khofifah Indar Parawansa). 

"PKB terbelah menjadi dua. Di satu sisi, kelompok Ramadhan mendukung kandidat capres-cawapres Prabowo-Hatta, sedangan di sisi lain, kelompok Insa mendukung kandidat capres-cawapres Jokowi-JK," tutur Agung saat dihubungi Republika, Senin malam (26/5).

Hal ini, ujar Agung, terjadi akibat kelemahan leadership dari Cak Imin. Sebagai ketua Parpol, Cak Imin telah gagal menjembatani figur-figur yang mempunyai andil dalam membesarkan PKB di pemilu legislatif 2014.  

Apa yang terjadi saat ini, papar Agung, merupakan pertarungan figur Ramadhan vs Insa. "Saya melihat figur Ramadhan lebih diterima oleh masa PKB daripada figur Insa," jelas Ketua Himpunan Masiswa dan Alumni Pascarana Ilmu Politik UI itu.

Sementara peneliti politik The Habibie Centre, Agung Suprio, menyatakan fenomena terbelahnya pilihan politik warga NU merupakan hal biasa di tubuh NU.

"Seperti tahun 2004 lalu, ada tokoh-tokoh terkemuka NU yang mendukung pasangan capres-cawapres Megawati-Hasyim Muzadi, namun ada juga yang mendukung pasangan capres-cawapres Wiranto-Sahaluddin Wahid," ungkap Bawono saat dihubungi Republika, Senin malam (26/5).

Hal ini, pungkas Bawono, merupakan konsekuensi logis dari ormas keagamaan sebesar NU, yang dihuni tokoh-tokoh level nasional. Tokoh-tokoh ini tentu memiliki preferensi dan kepentingan politik yang beragam dan tidak tunggal.

Redaktur : Muhammad Hafil
Reporter : Muhammad Ibrahim Hamdani
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar