Pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden dari poros Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) - Partai Amanat Nasional (PAN) Prabowo Subianto (kiri) dan Hatta Rajasa (kanan) mengenakan baju piyama saat akan menjalani tes kesehatan di Rumah Sakit Pus
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia ikut Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dalam mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada pemilihan presiden 2014.
"Hasil rapat majelis nasional Aspek Indonesia memutuskan bahwa sikap politik Aspek indonesia mengikuti sikap politik dari KSPI yang mendukung pasangan Prabowo-Hatta untuk perbaiki nasib buruh," kata Wakil Presiden Aspek Indonesia Mira Sumirat, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (28/5).
Menurut dia, Aspek Indonesia mengikuti langkah KSPI karena buruh dinilai harus bersatu untuk mendukung capres yang berani memperjuangkan kepentingan buruh.
Untuk itu, Mira menegaskan bahwa semua buruh agar dapat bersatu untuk mendukung capres pilihannya. "Hal ini bukanlah sebuah hal yang tidak mendasar," katanya.
Ia mengemukakan bahwa hanya Capres Prabowo yang berani memperjuangkan nasib buruh.
Sebelumnya, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia diberitakan bakal memperjuangkan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) untuk buruh hingga sebanyak 30 persen pada 2015.
Menurut Presiden KSPI Said Iqbal, hal itu penting diperjuangkan karena pada tahun 2015 mulai diberlakukannya pasar tunggal ASEAN untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Dalam mekanisme pasar tunggal ASEAN itu, ujar dia, negara wajib melindungi kesejahteraan kaum buruhnya di samping mengatur mekanisme pasar tunggal ASEAN agar industri nasional tidak terpuruk yang mengakibatkan terjadinya PHK massal.
Ia berpendapat bahwa hingga 2014 ini, upah minimum buruh di Indonesia sangat tertinggal jauh dengan upah minimum buruh di sejumlah negara tetangga seperti Thailand, Filipina dan Malaysia.
Padahal, lanjutnya, produktivitas buruh Indonesia tidak kalah baiknya dibandingkan buruh di negara lain ASEAN.
"Misalnya UMP DKI yang hanya sebesar Rp2,4 Juta, sedangkan di Thailand Rp3,2 Juta, di Malaysia Rp3,2 juta dan Filipina Rp3,6 juta. Padahal biaya hidup di semua negara ini sama besarnya dengan di Indonesia," katanya.