Calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto bersiap memberikan paparan dalam debat calon presiden di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta, Ahad (22/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Political Communication (Polcomm) Institute menyatakan dari riset yang dilakukan, diketahui pasangan Prabowo-Hatta diharapkan dapat memimpin Indonesia dengan tegas, integritas yang kuat, visioner, memiliki konsep serta kerangka kerja yang jelas. Pasangan ini dinilai mampu membawa perubahan bagi Indonesia.
"Prabowo-Hatta Rajasa dianggap mampu mengembalikan kedaulatan bangsa di kancah internasional," ujar Peneliti Senior PolcoMM Institute, Afdhal Makkuraga Putra, di Jakarta, Selasa (24/6), di Jakarta.
Ia mengatakan, alasan responden memilih Prabowo-Hatta lantaran keduanya sosok yang tegas sebanyak 8,3 persen, pandai 5,9 persen, visi misi yang bagus 5,7 persen, jujur 4,3 persen dan merakyat serta taat beragama 4,2 persen.
Sedangkan responden yang memberikan suara untuk Jokowi-Jusuf Kalla, menaruh harapan negeri ini membutuhkan pemimpin yang sederhana, merakyat, mengutamakan kerja, memiliki bukti dan kerja nyata, kreatif dan inovatif serta merepresentasikan wong cilik.
"Responden merasa bahwa mereka terwakili dengan karakter Jokowi yang berasal dari bawah," kata Afdhal. Masyarakat menilai pasangan ini merakyat 9,3 persen, jujur 8,7 persen, sederhana 8,2 persen dan tidak korupsi 6,1 persen.
Namun dia memaparkan, jika pemilihan presiden digelar sekarang, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla akan keluar sebagai pemenang. Pasangan Jokowi-JK unggul tipis atau 3,1 persen dari Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
"Pasangan Prabowo-Hatta memiliki tingkat elektabilitas 43,3 persen dan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla sebesar 46,4 persen, unggul tipis 3,1 persen," katanya.
Afdhal menambahkan, sebanyak 89,7 persen sudah menentukan dan tahu pasangan capres-cawapres yang akan dipilih 9 Juli 2014. Sedangkan responden yang belum menentukan pilihan 8,5 persen dan yang merahasiakan pilihannya 1,8 persen.
Survei menunjukkan responden menyatakan bahwa mereka sudah tahu rekam jejak pasangan capres-cawapres sebesar 80 persen. Hanya tahu nama 17,9 persen. Belum tahu rekam jejak capres-cawapres 1,8 persen. Tidak tahu sama sekali rekam jejak capres-cawapres 0,3 persen.
Survei itu digelar pada 16-20 Juni 2014, dengan metode multistage random sampling, melibatkan 1200 responden yang tersebar di 33 provinsi. Penelitian dilakukan dengan wawancara langsung tatap muka, dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin error 3,1 persen.