REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Peringkat Universitas Airlangga (Unair) Surabaya di tingkat asia versi QS naik dari posisi 109 pada 2009 menjadi 86 pada 2010. Dengan posisi ini, Unair menduduki posisi ketiga terbaik Universitas di Indonesia setelah Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Peringkat Unair tersebut berada di atas sejumlah perguruan tinggi bergengsi lain yakni Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Menurut Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Unair Tjitjik Sri Tjahjandarie, peringkat tersebut tidak lepas dari perbaikan kinerja dari mulai input mahasiswa serta perbaikan proses belajar mengajar untuk meningkatkan target output. "Peringkat bukan tujuan utama Unair, tapi perbaikan kinerja terbukti mendapat pengakuan," ujarnya, Kamis (26/5).
Dalam penilaian peringkat universitas Asia tersebut sedikitnya terdapat lima kriteria yakni academic peer review, employer review, citation per faculty, faculty student ratio, international faculty dan international student. Sementara pada saat ini kekuatan Unair terletak pada bidang life sciences dan bio
medicines. Academic peer review adalah penilaian yang dilakukan oleh pihak QS melalui survey on line kepada 180.000 responden yang didapat melalui data base the World Scientific dan International Book Information Service. "Dengan demikian, penilaian ini tidak dapat direkayasa karena dilaksanakan sendiri oleh pihak QS," kata Tjitjik.
Sementara penilaian terhadap aktivitas international faculty dan international student terutama berkaitan dengan peningkatan program mobilitas mahasiswa dan staf pengajar Unair ke luar Indonesia. Pada saat ini belum terdapat banyak mahasiswa asing yang berkuliah di Unair, namun jumlah mahasiswa dan staf pengajar Unair yang pergi ke luar negeri meningkat.
Peningkatan secara tajam terutama terjadi melalui keberhasilan Unair dalam memperoleh Program Erasmus Mundus, yaitu yang memberikan kesempatan dosen dari luar negeri mengajar di Unair dan sebaliknya. "Program Erasmus Mundus telah mengakselerasi mobilitas staf dan mahasiswa," jelas Direktur Pendidikan Unair, Ni Nyoman Tripuspaningsih.
Untuk meningkatkan kinerja ke depan, Unair telah melengkapi infrastruktur berupa Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Penyakit Tropik Infeksi. Ke dua rumah sakit tersebut akan mulai beroperasi pada akhir 2011.