REPUBLIKA.CO.ID, MALANG - Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi Dikti Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) Prof Nizam menyatakan, hak paten yang dihasilkan oleh para peneliti di Indonesia masih sangat sedikit, bahkan dibawah 100 per tahun.
"Seharusnya para peneliti di Tanah Air ini paling tidak menghasilkan ribuan hak paten. Bahkan, hak paten kelapa sawit saja, Indonesia sebagai produsen kelapa sawit justru kalah dengan Singapura yang mencapai 69 paten, sedangkan Indonesia hanya tiga paten per tahun," katanya di Malang, Rabu (26/9).
Prof Nizam mengatakan hal itu ketika memberikan kuliah tamu dengan tema 'Agenda Nasional Pengembangan Kemandirian dan Industri' di Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Padahal, lanjutnya, kemajuan suatu bangsa juga tergantung dari inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh para penelitinya. Akan tetapi, di Indonesia justru terjadi kontradiksi, sebab Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah ini seharusnya sudah menghasilkan ribuan penelitian dan dipatenkan.
Indonesia sebagai negara agraris dan mempunyai kekayaan serta keanekaragaman flora dan fauna yang tidak bisa dibandingkan dengan negara lain, katanya, seharusnya hak paten yang dimiliki dari hasil penelitiannya itu bisa mengalahkan negara tetangga dan mendekati negara maju yang menghasilkan lebih dari seribu penelitian dan telah dipatenkan.
Saat ini, katanya, Indonesia mempunyai 25 ribu kekayaan spesies flora fauna, 6000 spesies tanaman obat serta 40 persen kekayaan laut yang hingga sekarang belum dipahami dengan baik. "Ini potensi yang sangat besar untuk kemajuan negeri ini," tegasnya.
Untuk mewujudkan mimpi tersebut, kata Nizam, upaya yang perlu dilakukan adalah menciptakan pendidikan bermutu, yang bisa didapat di perguruaan tinggi (PT) karena saat ini PT menjadi kunci dari inovasi nasional.
Sekitar 26.000 doktor ada di PT dan mereka diharapkan mampu menjadi inovator di bidang penelitian. Jika lima doktor mampu membuat satu paten, maka berapa ribu paten yang bisa dihasilkan setiap tahunnya.
"Tidak perlu banyak-banyak dulu, satu orang doktor bisa menghasilkan satu penelitian dan dipatenkan setiap tahun, maka berapa penelitian yang bisa diterapkan dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Ini yang harus terus didorong," tegasnya.