REPUBLIKA.CO.ID, Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (UHAMKA) menolak keras pembagian kondom gratis dalam Pekan Kondom Nasional yang berlangsung pada 1–7 Desembar 2013.
''Pembagian kondom secara bebas, apalagi kepada para remaja, beresiko tinggi pada merebaknya perzinaan yang jelas-jelas dilarang Islam, bahkan semua agama,'' jelas Rektor UHAMKA Prof Dr Suyatno, MPd kepada Republika, Jumat (6/12).
Menurut dia, jika benar acara ini dimotori Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menandakan Kemenkes mengabaikan atau bahkan tidak mengerti dengan hukum agama, sekaligus tidak peka terhadap aspirasi umat Islam yang menjadi penduduk mayoritas negeri ini.
Dewasa ini, kata Suyatno, bangsa kita sedang didera krisis moral yang luar biasa. Ia menyebutkan, munculnya kurikulum 2013 yang menggarisbawahi dan menekankan pendidikan karakter merupakan bukti dan respon nyata atas kondisi ini.
Penyebab utama dari krisis ini, jelas Suyatno, masuknya ideologi materialisme dan liberalisme di segala bidang. ''Persoalan moral menjadi perdebatan sumir yang digiring ke arah relatifisme nilai,'' jelasnya.
Para remaja terperangkap ke dalam pergaulan bebas dengan meminggirkan norma-norma ketimuran dan nilai-nilai ajaran agama. ''Pada konteks inilah kemudian mereka sangat mungkin terjerumus ke dalam perzinaan,'' kata Suyatno menjelaskan.
Satu-satunya alasan untuk menahan diri dari perbuatan tercela ini adalah takut hamil. Lantas, apa jadinya jika ketakutan ini telah diantisipasi dengan pembagian kondom ini.
Menurut dia, alasan utama pembagian kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS adalah alasan yang sangat dangkal. ''Tindakan ini ibarat memberi obat sembari menebar penyakit. Yang dilakukan sekadar menutup sedikit luka luar, bukan mengobati sumber penyakit,'' jelasnya.
Suyatno berpandangan, sumber utama merebaknya HIV/AIDS adalah pergaulan bebas, hubungan di luar nikah (perzinaan). ''Seharusnya persoalan inilah yang harus diatasi,'' kata dia menjelaskan.
Yang terjadi, kata dia, seringkali justru sebaliknya. Hari anti AIDS seringkali diperingati dengan acara-acara yang menyebabkan terjadinya HIV/AIDS.
Pada konteks ini, sambung Suyatno mengingatkan, pembenahan karakter bangsa merupakan agenda utama yang harus didukung semua pihak.
Pakar pendidikan karakter, Thomas Lickona, menyatakan salah satu unsur penting yang harus dijadikan sasaran pembinaan karakter ini adalah masalah pergaulan bebas dan masalah seks yang menjadi problem utama para remaja.
Ia mengatakan, pembagian kondom tentu saja tak selamanya salah jika diberikan kepada orang dewasa yang telah berkeluarga, bukan kepada para remaja, pelajar, dan mahasiswa yang belum waktunya menggunakan alat kontrasepsi ini.
Dalam pandangan Suyatno, agenda pembagian kondom kepada para remaja ini berarti turut serta dalam menghancurkan moral dan karakter bangsa ini.
''UHAMKA sebagai lembaga pendidikan tinggi yang ingin menciptakan lingkungan kampus islami, tentu saja sangat concern terhadap pembinaan civitas akademika, termasuk di dalamnya dengan upaya menerapkan Kawasan Tanpa Asap Rokok,'' ujarnya.
''Oleh karena itu, UHAMKA dengan tegas menolak masuknya asap rokok dan tentu saja pembagian kondom gratis yang digagas oleh Kemenkes. Asap rokok saja tidak boleh masuk, apalagi kondom,'' jelas Suyatno mengingatkan.