Jumat 20 Dec 2013 22:04 WIB

Strategi 'Student-Centered Learning' Memperkuat 'Soft Skills'

Rep: Heri Purwata/ Red: Djibril Muhammad
Pengunjung mencoba laptop pada pameran komputer.
Foto: Antara
Pengunjung mencoba laptop pada pameran komputer.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Strategi mengajar menggunakan Student Centered Learning (SCL) dapat memperkuat soft skills mahasiswa yang akan menjadi seorang Software Engineer. Sehingga memudahkan alumni untuk memenangkan persaingan dalam memasuki lapangan kerja internasional.

Demikian diungkapkan Beni Suranto, dosen Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (20/12).

Selama 2013, Software Engeneer merupakan pekerjaan yang paling popular di dunia. Sedang pencari kerja dari India yang paling banyak berhasil meraih pekerjaan tersebut.

Melihat kondisi itu, Beni Suranto merasa terpanggil untuk mengembangkan strategi mengajar di FTI UII agar alumni bisa memilliki soft skills dan bisa memenangkan persaingan.

"Software engineer, sebagaimana yang disebutkan dalam Software Engineering Body of Knowledge (SWEBOK), adalah mereka yang menggunakan pengetahuan, ketrampilan, metode, teknik, dan standar di bidang software engineering secara professional untuk menghasilkan software dengan kualitas tinggi sebagai sebuah solusi bagi permasalahan tertentu," kata Beni.

Lebih lanjut Beni mengatakan semua software popular mulai dari aplikasi media sosial Facebook dan Twitter, mesin pencari Google, game Angry Bird, aplikasi pengolah dokumen Microsoft Office, aplikasi desain grafis macam CorelDraw dan Adobe Photoshop, dan berbagai macam software lain.

"Software tersebut kita gunakan sehari-hari adalah hasil kreasi para software engineer," katanya.

SWEBOK, kata Beni, menyebutkan seorang software engineer harus memiliki kompetensi yang mencakup empat aspek yaitu conseptual skills, design skills, technical skills, dan human skills.

Selain itu, software engineer juga harus memahami dan mampu mengimplementasikan metode dan teknik pengembangan software mulai dari tahap analisis kebutuhan hingga pengujian software.

"Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai penyedia software engineer bagi industry software dunia. Namun, saat ini kita masih tertinggal dari negara-negara lain. Kita kalah jauh di banding dengan India yang oleh majalah ComputerWorld diprediksi akan mampu menghasilkan software engineer lebih banyak disbanding Amerika pada tahun 2017," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement