REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Sekitar 40 perwakilan Universitas Islam Se-ASEAN berkumpul di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, untuk membahas dan menyikapi perkembangan Islam dan peningkatan kualitas pendidikan Islam ASEAN dalam persaingan global saat ini.
Rektor IAIN Antasari, Prof Akhmad Fauzi Aseri di Banjarmasin Sabtu mengatakan, pertemuan dalam Forum ASEAN Islamic Universities Association (AIUA) tersebut selain bakal membahas perkembangan pendidikan Islam ASEAN juga membahas dan mengembangkan tentang Islam yang moderat dan menyikapi tentang Islam radikal.
"Saya berharap pengalaman berbagai Negara Asia Tenggara dalam menyikapi dan mengembangkan Islam yang moderat, Islam yang sejuk dan tanpa kekerasan dan Islam yang bermanfaat bagi umat, bisa disampaikan dalam pertemuan ini," katanya.
Menurut Fauzi, dalam pertemuan tersebut, juga dibahas tentang berkembangnya Islam radikal yang berbenturan dengan nilai budaya dan kasih sayang, dan bagaimana menyikapinya.
"Saya yakin pengalaman Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand dan Indonesia sendiri, akan menjadi masukan yang sangat berharga untuk mengembangkan Islam yang penuh kasih sayang dan bermanfaat bagi umat manusia," katanya.
Selain itu, kata dia, pertemuan juga akan membahas mengenai program kerja strategis perguruan tinggi ASEAN dan beberapa agenda lainnya.
"Sekitar 40 perwakilan perguruan tinggi Islam se-Indonesia dan ASEAN hadir dalam pertemuan ini antara lain dari Jember, Kudus, Cirebon, Palangkaraya, Gorontalo, Ponorogo, Banten, Singapura, Malaysia, Thailand dan beberapa daerah lainnya," katanya.
Forum AIUA di Banjarmasin merupakan yang pertama kalinya digelar, setelah pemilihan presiden pertama ASEAN Islamic Universities Association Prof Munzir Hitami di Riau.
Pertemuan tersebut dibuka oleh Wakil Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Resnawan yang dihadiri oleh tamu perwakilan dari negara ASEAN, perguruan tinggi Islam se-Indonesia, Sekjen Kementerian Agama, para rektor perguruan tinggi Islam Indonesia, pimpinan Islam Indonesia dan mahasiswa Islam Kalsel.
Sekjen Kementerian Agama Nur Syam berharap, melalui pertemuan ini akan terbangun konsep bagaimana membangun Islam peradaban yang mampu memberikan inspirasi bagi pembangunan bangsa relevan dan berkembang seiring terjadinya globalisasi.
"Islam harus mampu membangun dan memberikan inspirasi dalam membangun peradaban dan harus mampu menolak terorisme dan kekerasan atas nama agama," katanya.
Dalam forum ini, kata dia, harus mampu memberikan kontribusi secara konseptual dan bisa memberikan panduan apa yang harus dilakukan dalam menyikapi kekerasan seperti ISIS.