REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permasalahan beras kerap mengikis kedaulatan pangan Indonesia. Oleh karena itu, Institut Pertanian Bogor (IPB) menilai diversifikasi pangan harus segera ditingkatkan. Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB Arif Satria mengatakan, diversifikasi atau penganekaragaman ini memiliki dampak positif bagi negara dan masyarakat.
"Diversifikasi dapat mengurangi ketergantungan pada beras," katanya dalam diskusi Pangan Kita bertema 'Menata Kelembagaan Pangan' di Cikini, Jakarta Pusat pada Senin (15/6).
Bahkan, lanjut Arif, teknologi yang ada sekarang telah mampu menciptakan beras dengan bahan baku dari singkong. Selain itu, diversifikasi juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi sagu dan jagung sebagai pengganti beras.
Ia mengatakan, diversifikasi ini memiliki dampak positif bagi kesehatan. Tak heran jika diversifikasi ini telah banyak diterapkan oleh masyarakat menengah atas dalam rangka menjaga kesehatanya. Diversifikasi juga memiliki dampak positif bagi masyarakat menengah ke bawah, karena harga makanan pokok pengganti beras ini memiliki harga yang lebih terjangkau.
"Kita harus tingkatkan diversifikasi. Pemerintah juga harus lakukan kampanye diversifikasi pangan," kata dia.
Menurut dia, masyarakat tak perlu khawatir akan kekurangan energi. Karena, produk diversifikasi itu tetap memiliki kandungan karbohidrat yang sesuai dengan kebutuhan minimum.