REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Sampah plastik menjadi masalah yang cukup serius bagi lingkungan. Karena tidak dapat terdegradasi dengan tanah. Berbagai kerugian akibat hal tersebut bermunculan terus menerus. Seperti hilangnya unsur hara dalam tanah. Sehingga tanah menjadi tidak subur.
Disamping itu, tanah pun menjadi gersang dan aliran air tidak lancar. Dampak akibat sampah plastik ini mampu memicu banjir dan kekeringan. Maka itu sekelompok mahasiswa UGM membuat bioplastik berbahan organik.
"Kami Tim PKM Bioplastik UGM mencoba meneliti mengenai pembuatan bioplastik dengan cara mencampurkan plastik sintetis Low Density Polyethylene (LDPE) dengan bahan organik berupa pati yang berasal dari biji durian", kata Fajar Bayu Prakoso di Kampus UGM, Senin (28/9).
Menurut Fajar, biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi. Bahkan dinilai lebih tinggi dibanding dengan bahan organik lainnya. Jika biji nangka hanya memiliki kandungan pati 36,7 persen, sementara singkong hanya 37,6 persen. Maka biji durian memiliki kandungan pati mencapai 47.6 persen.
Selain itu, penggunaan biji durian ditujukan sebagai salah satu cara pemanfaatan limbah. Karena selama ini biji durian hanya dibuang. Fajar menjelaskan, pembuatan bioplastik dimulai dengan mempersiapkan bahan pati.
Biji durian direndam menggunakan larutan kapur untuk menghilangkan getahnya. “Kemudian dikeringkan dan dikupas kulit luarnya", tutur Fajar Bayu didampingi Andika Cahya Widyananda, Adiyat, Annisa Fakhriya Rofi dan Dyah Ayu Permatasi, yang merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM.
Setelah itu, biji bagian dalam digiling dan diayak hingga menjadi tepung halus. Lalu plastik sintetis LDPE dicampur dengan tepung pati pada suhu 1.600 C. Setelah itu dipress pada ketebalan tertentu sehingga menjadi sampel bioplastik.