REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengupayakan agar biaya hidup mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi bisa meningkat jumlahnya. Biaya yang semula Rp 600 ribu per bulan diupayakan bisa bertambah menjadi Rp 1 juta ke depannya.
"Kita maunya seperti biaya hidup mahasiswa penerima beasiswa afirmasi daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) yang sampai satu juta per bulannya," kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat dialog pendidikan bersama civitas akademik Universitas Riau (Unri) di Gedung Rektorat Unri, Pekanbaru, Riau, Sabtu (23/7).
Nasir mengaku upaya ini tentu akan berat mengingat alokasi anggaran beasiswa bisa bertambah dari Rp 4,2 triliun menjadi Rp 5 triliun. Kendati demikian Nasir menyatakan akan terus memperjuangkan. Alasannya, agar mahasiswa terkait dapat konsentrasi penuh dalam menjalani kuliahnya.
"Mereka bisa bahagia masuk seperti di Unri yang SPP-nya tidak dikenakan lagi," tambahnya.
Dengan keadaan demikian, Nasir berharap para mahasiswa bisa memanfaatkannya agar bisa menyelesaikan kuliah dengan baik. Dia juga mendorong mereka agar mampu mendapatkan nilai IPK tinggi dan bisa berbahasa Inggris dengan baik termasuk memperoleh beasiswa S2 di luar negeri.
"Jangan berpikir di sini (di Indonesia--Red) saja cukup, tapi setinggi-tingginya. Ada kemauan pasti ada jalan," tegas Mantan Rektor Terpilih Universitas Diponegoro (Undip) ini.
Berhubungan dengan beasiswa Bidikmisi, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti, Intan Ahmad menerangkan, ini menjadi cara pemerintah membantu anak Indonesia berpotensi akademik baik tapi secara ekonomi perlu dibantu. Kuota mahasiswa ini biasanya sebanyak 60 ribu per tahun tapi saat ini sudah bertambah hingga 75 ribu orang.