REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) ingin memasifkan perkuliahan berbasis daring (online). Program yang disebut Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ) ini akan memanfaatkan konektivitas jaringan Indonesian Research and Education Network (IdREN) yang selama ini sudah dikembangkan Kemenristekdikti.
Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan PJJ merupakan alternatif agar mahasiswa bisa kuliah tanpa terhalang oleh hambatan waktu atau lokasi. Mahasiswa dapat mengikuti kuliah tanpa harus berada di ruang kelas.
"Kuliah bisa anytime (kapanpun)," kata dia usai menggelar peringatan Hari Pendidikan Nasional(Hardiknas) di Universitas Padjadjaran, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Rabu (2/5).
Ia menyontohkan mahasiswa asal Papua bisa tetap berkuliah di universitas di kota lain tanpa harus keluar dari kotanya. Dengan sistem ini, mahasiswa asal Papua itu akan diperlakukan sama dengan mahasiswa lainnya, yakni mendapatkan nilai dan lulus.
Meksipun menggunakan sistem digital dan tanpa tatap muka, mahasiswa tetap bisa berinteraksi dengan dosen terkait mata kuliah tersebut. "Di manapun mereka berada, bukan diawasi orang lagi, tetapi sistem. Jadi bisa dikontrol," ucap dia.
Nasir mengatakan Kemenristekdikti akan membentuk sistem pembelajaran daring tersebut. Penataan sistem pembelajaran daring ini meliputi mutu, proses belajar. "Bukan hanya power point yang diangkat, tetapi sistem pembelajaran yang interaktif yang berbasis pada digital," kata dia.
Selain itu, Sistem pembelajaran daring tersebut dapat dimasukkan ke dalam IdREN. "Bagaimana sistem perkuliahan ke depan memanfaatkan sistem jaringan ini (IdREN),” kata Nasir.
Ia menyebutkan sudah ada sekitar 80 PT yang masuk dalam jaringan IdREN dan siap menerapkan PJJ. Dengan memanfaatkan jaringan ini, kampus tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk membangun sistem digital dalam perkuliahannya.
Ia menambahkan, beberapa kampus, baik negeri ataupun swasta, sebenarnya sudah menerapkam PJJ di beberapa mata kuliahnya. Di antaranya Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Bina Nusantara, dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Oleh karenanya, ia ingin ke depannya PT seluruh Indonesia bisa menerapkan PJJ dalam perkuliahannya. Ia meyakini dengan semakin banyaknya kampus menerapkan PJJ, jumlah mahasiswanya pun akan meningkat.
Dia menyatakan, PJJ ini sedianya akan diluncurkan bertepatan dengan Hardiknas 2018. Namun karena masih ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, sehingga akan diresmikan pada pertengahan Mei mendatang.
Ia mengakui selama ini memang PJJ masih terkendala kekuatan jaringan. Namun, Kemenristekdikti terus berupaya meningkatkan perbaikan infrastruktur secara menyeluruh.
"Ini bandwidth yang kami butuhkan berapa puluhan mega yang digunakan secara khusus, katakan sampai 200 mega, khusus untuk jaringan ini. Supaya tidak terganggu, supaya ke depan lebih baik, nanti kami bicara dengan Telkom," tuturnya.
Nasir menuturkan PJJ merupakan salah satu kebijakan yang akan dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi. Saat ini, APK pendidikan tinggi di Indonesia masih rendah kendati jumlah PT yang cukup banyak.
Ia menargetkan dengan adanya PJJ, APK bisa meningkat setengah persen pada tahun pertama ini. Tahun berikutnya, dia berharap akan lebih baik lagi dengan sosialisasi yang lebih baik.
Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad mengatakan Unpad sudah membuka PJJ untuk program pascasarjana (S2). Menurutnya, PJJ merupakan komitmen perguruan tinggi untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia baik mahasiswa dan juga dosen.
Dia mengatakan pemanfaatan teknologi bukan hanya untuk merespons perkembangan digital, tetapi bertukar sumber daya dengan perguruan tinggi lainnya. “Bukan hanya Unpad yang memanfaatkan tapi juga PT lain yang punya akses. Sehinggamendukung pengembangan perguruan tinggi," tutur Tri di lokasi yang sama.