Selasa 10 Jul 2018 07:47 WIB

Mahasiswa IPB Sebut Meniran Bisa Jadi Solusi Pertambangan

Meniran merah dan meniran hijau dapat meminimalkan dampak pencemaran lingkungan

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Esthi Maharani
Aktivitas pertambangan nikel.
Foto: republika
Aktivitas pertambangan nikel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menawarkan solusi konsep pertambangan ramah lingkungan yang dapat meminimalkan efek negatif terhadap bumi. Inovasi ini berangkat dari kecemasan mereka melihat masalah serius yang ditimbulkan akibat aktivitas pertambangan nikel.

Inovasi ini disebut dengan nama Phytomining, teknologi yang memanfaatkan tumbuhan sebagai agen pengakumulasi logam berat penyebab pencemaran lingkungan. Konsep phytomining sangat berpotensi untuk diterapkan di Indonesia karena menggunakan agen tumbuhan untuk mengakumulasi logam, sehingga lebih efisien dari segi ekonomi.

Luthfiani Maulidya Rahmah, Robby Firdaus, dan Indah Prima Desi di bawah bimbingan dosen Hamim menganalisis bagaimana kemampuan tumbuhan potensial untuk mengakumulasi logam seperti nikel.

Luthfiani mengatakan, kriteria tumbuhan yang digunakan adalah dapat tumbuh dengan cepat dan menghasilkan biomassa tinggi. "Tujuannya, untuk mengurangi efek logam berat dari hasil pertambangan," ucapnya dalam rilis yang diterima Republika, Selasa (10/7).

Dari berbagai percobaan, Luthfiana dan kawan-kawan menemukan potensi dari tumbuhan meniran merah dan meniran hijau dalam mengakumulasi nikel. Tanaman ini memiliki potensi tinggi untuk diaplikasikan pada konsep phytomining dalam teknologi tambang yang mampu meminimalisasi secara signifikan dampak pencemaran lingkungan.

Meniran tergolong tanaman hiperakumulator yaitu tanaman yang mempunyai kemampuan mengakumulasi logam dari tanah dan menyalurkannya ke bagian khusus dari tumbuhan tersebut. Menurut Luthfiana, pemanfaatan tanaman meniran sangat cocok dan potensial. Sebab, saat ini meniran belum banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Meniran merupakan tanaman gulma yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Tanaman ini bukanlah tanaman musiman dan tumbuh luas di seluruh wilayah Asia. "Biasanya tanaman ini tumbuh di tempat lembap, sawah, dan pekarangan rumah," ujar Luthfiana.

Gagasan ini berhasil mendapatkan pendanaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2018 di bidang penelitian.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement