REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Potensi lokal yang ada di Dusun Sebatang, Kokap, Hargotirto, Kabupaten Kulonprogo, DIY, cukup berlimpah dan belum digunakan secara maksimal oleh warga setempat. Kurangnya kesadaran terhadap pemberdayaan potensi lokal inilah yang kemudian menginisiasi para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 185 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk memberdayakan potensi lokal yang ada di Dusun Sebatang.
Hal tersebut ditujukan agar masyarakat dapat menyadari dan memanfaatkan potensi yang ada untuk bisa menghasilkan produk yang siap berkompetisi di Kulonprogo dan Desa Hargotirto khsususnya. Akmal Hamedan Bashoni selaku ketua dari tim KKN 185 UMY mengungkapkan bahwa pemberdayaan potensi lokal yang dilakukan timnya dilakukan melalui penyuluhan dan pelatihan.
Pemberdayaan itu berupa pengolahan kelapa dan talas sebagai potensi lokal yang dominan keberadaannya di Dusun Sebatang. “Olahan dari kelapa dan talas ini nantinya akan dimanfaatkan untuk pembuatan wingko dan keripik talas. Harapannya wingko dan kripik talas tersebut bisa dijadikan sebagai produk olahan khas Dusun Sebatang,” kata Akmal, Rabu (29/8).
Program ini dikemas dalam penyuluhan dan pelatihan yang bertemakan 'Pemberdayaan Potensi Lokal Untuk Mewujudkan Perekonomian Sebatang yang Berkemajuan'. Menurutnya, penyuluhan dan pelatihan tersebut dilakukan di rumah Ketua Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pedukuhan Sebatang, Ibu Islamiyati pada 20-21 Agustus yang lalu. Kegiatan ini dihadiri oleh 10 orang perwakilan dari setiap RT di Dusun Sebatang.
Ia menilai, peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut sangat antusias dan mengapresiasi kegiatan yang kami selenggarakan. “Bahkan mereka juga berharap agar nantinya produk yang kami hasilkan melalui penyuluhan dan pelatihan ini bisa menjadi produk yang berkelanjutan,” ujarnya.
Tak hanya pada program penyuluhan dan pelatihan saja, Akmal juga menyebutkan keberlanjutan produk juga dijajal dengan menjual produk olahan dari kripik talas di pasaran yang telah mereka lakukan pada Senin (27/08). Kripik talas dengan berat bersih 150 gram dijual seharga Rp 13 ribu. Terdapat tiga varian rasa yaitu original, jagung manis, dan balado untuk sementara ini.
Percobaan pasar pertama dilakukan di Pasar Wates dan terbukti mendapat respons baik dari pasar. “Kami berharap program penyuluhan dan pelatihan pemaberdayaan potensi lokal ini tidak hanya untuk formalitas semata, namun warga juga dapat melanjutkan program ini sehingga nantinya bisa meningkatkan perekonomian warga,” ujarnya.
Dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan tersebut juga didatangkan pembicara dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kulonprogo, Dinas Perdagangan Kabupaten Kulonprogo. Selain itu, program ini juga menghadirkan Denik praktisi yang difasilitasi oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Kulonprogo.