REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menristekdikti, Mohamad Nasir, secara resmi membuka Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-31 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Secara khusus, ia mengamanahkan agar karya-karya ilmiah Pimnas ke-31 mampu ditelurkan menjadi inovasi.
Ia menilai, selama ini hasil-hasil Pimnas di perguruan tinggi masih bersifat karya-karya ilmiah. Baik itu kewirausahaan, teknologi, sosial humaniora, eksakta, semua dirasa masih berada di hulu.
Padahal, ia mengaku sudah meminta dosen-dosen memahami kalau tidak cukup kita selesai di penelitian. Sebab, justru itu yang menyebabkan indeks kompetitif global generasi bangsa cenderung rendah.
"Maka kita harus dorong, bagaimana dari riset menjadi satu inovasi," kata Nasir yang ditemui usai pembukaan Pimnas 31 di GOR UNY, Kamis (30/8).
Terutama, untuk memasukkan kreativitas-kreativitas mahasiswa ke bidang inovasi. Ini, lanjut Nasir, sekaligus menjadi masukan untuk gelaran Pimnas ke-32 tahun mendatang.
Bahkan, Nasir berjanji akan mengeluarkan kebijakan tersendiri terkait itu. Tentunya, tahun ini dan tahun mendatang akan dilaksanakan pengenalan, dan kebijakan baru akan ke luar kemungkinan pada 2020.
Selain itu, ia meminta hasil penelitian-penelitian yang dilakukan mahasiswa Indonesia dipacu agar diwujudkan dalam bentuk publikasi. Terlebih, tahun ini, Indonesia soal publikasi miliki prestasi mentereng.
Pada 2018, Nasir berpendapat, publikasi-publikasi Indonesia sudah mampu melewati negara-negara seperti Singapura dan Thailand. Ini sendiri sudah menjadi prestasi yang tidak pernah diraih Indonesia 20 tahun terakhir.
"Jadi, mari kita berpacu untuk berprestasi, mari meningkatkan kualitas kita," ujar Nasir.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti, Intan Ahmad memberikan apresiasinya kepada UNY sebagai tuan rumah Pimnas 31. Berlangsung tiap tahun, gelaran tahun ini dirasa luar biasa.
Bagaimana tidak, ada 136 perguruan-perguruan tinggi tahun ini yang bersaing dalam gelaran Pimnas. Angka itu ternyata menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah pelaksanaan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.
"Luar biasa, ada 440 presentasi dari 136 perguruan tinggi," kata Intan saat Gala Dinner Pimnas 31 di Rektorat UNY.
Untuk itu, ia melihat, Pimnas tidak cuma penting bagi kampus-kampus, tapi justru bagi mahasiswa-mahasiswa yang bertanding. Sebab, mereka akan mendapat pengalaman yang tidak akan diperoleh di perkuliahan.
Melalui Pimnas, mahasiswa-mahasiswa diajak untuk senantiasa berpikir secara kritis, dituntut mampu menganalisis data, dan memahami cara menjadi peneliti. Artinya, mereka mampu mengetahui bagaimana ilmu pengetahuan diciptakan.
Senada, Rektor UNY, Sutrisna Wibawa menekankan, masuk Pimnas merupakan satu prestasi membanggakan tidak cuma bagi mahasiswa. Melainkan bagi seluruh sivitas akademika universitas masing-masing.
Terlebih, langkah kaki finalis-finalis untuk sampai ke Pimnas harus dilalui melalui perjuangan yang panjang. Karenanya, mereka dirasa sangat layak mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi pula.
"Dan melalui tema ini diharap selaras dengan itu serta tujuan mulia pendahulu untuk menciptakan generasi unggul yang mampu mempertahankan kebhinekaan," ujar Sutrisna.
Sutrisna menegaskan, Pimnas harus bisa membuka peluang dari potensi-potensi yang dimiliki mahasiswa. Serta, mempertajam wawasan dan kreativitas yang menjadi modal mahasiswa ke depan.
Hasil dari Pimnas ini, dirasa tepat dijadikan sebagai umpan balik terhadap proses belajar dan mengajar di perguruan tinggi. Sehingga, ada kualitas yang ditingkatkan dari perhelatan Pimnas.
Pembukaan Pimnas ke-31 berlangsung meriah di GOR UNY pada Kamis (30/8) pagi. Sebanyak 136 kontingen perguruan-perguruan tinggi seluruh Indonesia tampil mengenakan pakaian khas daerah masing-masing.
Sejumlah penampil dari tuan rumah, UNY, seakan tidak memberikan hela nafas peserta-peserta Pimnas dari hiburan. Uniknya, penampil turut serta membalut diri menggunakan pakaian khas daerah-daerah di Indonesia.
Mulai dari Marching Band Citra Derap Bahana, Keluarga Mahasiswa Seni Tradisi, Paduan Suara Mahasiswa Swasra Wadhana, UKM Musik Sicma, Orkestra Violet Seni Musik, semua tampil begitu Indonesia.
Wajah Sabang sampai Merauke begitu cerah terpampang dari pakaian kontingen-kontingen 136 perguruan tinggi peserta Pimnas saat defile. Langkah mereka diiringi musik dan tari-tari khas DIY.
Mengawali, Menristekdikti menerima Piala Pimnas dari Rektor Universitas Brawijaya, Prof Nuhfil Hanani, sebagai juara bertahan Pimnas ke-30. Lalu, piala diserakan ke Rektor UNY, Prof Sutrisna Wibawa, sebagai tuan rumah.
Membuka Pimnas, Menristekdikti menembakkan panah ke balon-balon target yang akhirnya menerbangkan bendera merah putih. Nasir memakai Busur Jemparingan, senjata yang digunakan maskot Pimnas Timi dan Tama.