REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dua orang Mahasiswa Muslim Pecinta Alam (MALIMPA) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menaklukkan puncak tertinggi di Mongolia. Keduanya, Iqbal Nuri Anam (mahasiswa Teknik Sipil) dan Ajeng Nurtri Hidayati (mahasiswa Ilmu Komunikasi) sukses mengibarkan Merah Putih dan bendera UMS di puncak Khuiten (4.374 mdpl), di Taman Nasional Altai Tavan Bogd, Mongolia, Rabu (19/9) waktu setempat.
Mengutip komunikasi jarak jauh dengan keduanya, yang dilansir ums.ac.id, Nuri Anam mengungkapkan tantangan yang dihadapi kedua mahasiswa ini cukup berat.
Mereka harus berjuang melawan badai dengan suhu udara yang sangat ekstrim dan mencapai minus 21 derajat Celcius, di kawasan Potanin glacier, sepanjang 14 kilometer.
Bahkan, Ajeng Nurtri sempat mengalami gejala Frostbite (radang dingin) atau kondisi di mana jaringan tubuh membeku dan rusak oleh paparan suhu rendah pada jari kelingking dan jari manisnya.
"Namun tantangan tersebut bisa kami lalui hingga akhirnya mampu menjejakkan kaki di titik tertinggi puncak Khuiten ini," kata dia.
Informasi terbaru, keduanya kini telah turun dari puncak Khuiten, dan tengah melaksanakan misi riset khazanah Islam di Suku Kazakh Nomads untuk beberapa hari ke depan. Mereka dijadwalkan kembali ke tanah air pada tanggal 27 September 2018 mendatang.
Riset ini menjadi bagian dari misi MALIMPA UMS International Expedition. Mereka akan menguak budaya masyarakat muslim nomaden di pegunungan Mongol tersebut.
Menurut Nuri, kehidupan dan budaya suku Kazakh Nomad yang mayoritas Islam tersebut cukup unik. Sehingga mereka ingin mengetahui lebih jauh kehidupan Islam masyarakat nomaden ini.
Sebab pada musim dingin, suku yang bermatapencaharian beternak domba ini jamak berpindah tempat guna mencari padang rumput.
"Alasan lainnya, ekspedisi ke Mongolia ini karena hingga kini belum ada wakil Indonesia yang melakukannya di puncak Khuiten," ungkapnya.