Senin 30 Sep 2019 10:38 WIB

UMM Perkuat UKM Ramuan Tradisional Khas Sumenep

UMM ajak dua kelompok yang merupakan produsen ramuan dengan omset relatif kecil.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memperkuat UKM ramuan tradisional khas Sumenep.
Foto: dok. Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memperkuat UKM ramuan tradisional khas Sumenep.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Budaya tradisional Sumenep sangat kaya dengan kearifan, termasuk dalam bidang prevensi dan promosi kesehatan. Kehidupan modern dan era disrupsi, cenderung menggerus potensi tersebut sehingga sangat mungkin akan punah. Di sisi lain, masyarakat yang masih bertahan dengan ramuan tradisional memiliki keterbatasan sumber daya dan pengetahuan, sehingga lambat laun dikhawatirkan hilang.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap permasalahan tersebut, tim dosen dari Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat. Salah satunya berupa program Penerapan Teknologi Tepat Guna Kepada Masyarakat (PPTTG).

Ketua tim, Abdulkadir Rahardjanto, mengatakan, pihak-pihak yang menjadi mitra dalam PPTTG ini ada dua kelompok masyarakat produsen ramuan tradisional khas Madura yang berdomisili di Kabupaten Sumenep. Kedua kelompok tersebut antara lain Gilang Emas (diketuai oleh Bapak Abdus Samad) dan Maju Jaya (diketuai oleh Bapak Abdur Rahem). Kedua mitra berdomisili di Kecamatan Gapura.

Menurt Abdulkadir, dua kelompok tersebut merupakan produsen ramuan dengan omset relatif kecil. Pria yang juga Kaprodi S2 Pendidikan Biologi Pascasarjana UMM ini juga menuturkan, peralatan yang digunakan oleh kedua produsen ramuan masih sederhana dan manual. Beberapa peralatan dan kondisi dapur memiliki kecenderungan untuk menurunkan tingkat higienitas ramuan yang sedang diproduksi. Ketidakhigienisan produk dapat menyebabkan produk ramuan yang dihasilkan terkontaminasi oleh berbagai mikroba, tidak tahan lama.

"Atau jika dalam bentuk serbuk, maka kebersihan dan keamanannya tidak terjamin," katanya, Senin (30/9).

Namun secara garis besar, proses produksi jamu dilakulan melalui penggilingan dan pemanasan yang tidak terkontrol. Pemanasan tersebut dapat menyebabkan kandungan gizi dari bahan ramuan mengalami kerusakan.

Mitra Gilang Emas Grup, Abdus Samad mengaku sangat bersyukur mendapatkan pendampingan dan bantuan dari tim dosen UMM. Pihaknya bisa mendapatkan bantuan berupa paket mesin pembuat jamu sistem evaporator. Antara lain berupa mesin penggiling empon-empon dan alat peras, bejana penguapan hingga jadi serbuk dan continuous sealer. Selain itu, kelompoknya juga mendapat pelatihan bagaimana menggunakan alat tersebut.

"Bahkan kami juga didampingi bagaimana pembukuan, pengelolaan keuangan, pemasaran, dan perawatan alat. Alhamdulillah, omset semakin meningkat, menambah kesejahteraan,” ungkap Abdus Samad.

Mitra lain, Abdul Rahem mengungkapkan bahwa mereka juga mendapatkan pendampingan pengurusan izin Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT). Mereka telah dihubungkan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, sampai akhirnya produk memperoleh ijin P-IRT. Dinas Kesehatan juga berjanji untuk ikut terlibat memberikan pembinaan dan perhatian lebih, agar usaha ramuan ini menjadi unggulan Kabupaten Sumenep.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement