REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Selama ini, pendidikan sejarah dalam mata pelajaran IPS di SD cukup identik membosankan. Penggunaan media yang dipakai guru-guru cuma berupa buku paket, atlas, atau globe yang mana media tersebut sudah sangat umum digunakan.
Teknik banyak bertumpu pendekatan berbasis guru yang monoton, meminimalkan partisipasi peserta didik. Posisi guru pokok sumber informasi, peserta didik tinggal sebagai objek penderita karena guru hanya mengajar metode ceramah.
Pembelajaran sejarah tidak cuma membosankan, menjadi wahana pengembangan keterampilan berpikir tingkat rendah. Bahkan, tidak memberi peluang pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah
Untuk itu, guru-guru sekolah dasar di lapangan ditantang memberi motivasi dan antusiasme. Serta, kreativitas mengembangkan dan meningkatkan kompetensi mengajar lewat pengayaan dan penguasaan berbagai media pembelajaran sejarah.
Mahasiswa Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang media pembelajaran bernama mini diorama. Ada Ana Fithrotunnisa, Nurwinda Saputri, Amaylinda Devita Diva Ajidiana, dan Siska Arni.
Ana menjelaskan, mini diorama merupakan miniatur berisi peristiwa-peristiwa bersejarah yang dilengkapi audio yang menjadikan diorama itu seperti nyata. Sehingga, diorama itu bisa meningkatkan minat belajar dan pemahaman sejarah.
"Harapannya, media ini dapat meningkatkan minat belajar, pengetahuan peserta didik mengenai mata pelajaran IPS, khususnya pendidikan sejarah proklamasi," kata Ana, Rabu (5/2).
Nurwinda menerangkan, cara membuat media ini dimulai dari membuat kerangka triplek, lalu disekat menjadi tiga ruang. Kemudian, membuat latar belakang di setiap ruang sesuai peristiwa.
Setelah itu, mengisi tokoh-tokoh dan ilustrasi sesuai peristiwa, diberi lampu per ruang diorama, dan diberi music box. Itu untuk mendukung suasana mini diorama, kemudian ditutup dengan plastik wrap putih.
Media sudah diujicobakan di Kelas VI SD Negeri Punukan dan MI Maarif Sendang di Kecamatan Pengasih dan Wates, Kabupaten Kulonprogo, DIY, dengan hasil baik. Amaylinda menuturkan, mini diorama merupakan suatu alternatif pembelajaran.
"Namun, guru-guru tetap wajib meningkatkan kemampuan dalam menggunakan media sebagai sarana learning transfer yang efektif menguasai strategi, tujuannya mengantisipasi era teknologi yang berkembang sangat cepat masa mendatang," ujar Amaylinda.