REPUBLIKA.CO.ID, Pengamat pendidikan yang juga merupakan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Prof. DR. Arief Rachman, M.Pd. menyatakan kecemasannya akan antusiasme yang tinggi remaja Indonesia terhadap musik luar negeri, khususnya Korea.
Arief khawatir remaja di Indonesia lebih mengenal budaya asing dibandingkan musik tradisional Indonesia yang semakin terpinggirkan.
Ditemui disela-sela Konser Karawitan Muda Indonesia di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPH UI), Selasa (20/11) malam lalu, Arief menyatakan kecemasannya akan antusiasme tinggi masyarakat Indonesia terhadap musik asing. Terlebih melihat semakin sedikitnya masyarakat khususnya remaja Indonesia yang memiliki perhatian tinggi pada musik tradisional Indonesia.
"Saya merinding waktu lihat Gelora Bung Karno penuh dipadati penonton pas konser Korea. Jujur saya cemas terhadap antusiasme yang tinggi para remaja saat itu, saya sadar saingan kita sangat berat," ujar Arief pada wartawan.
Arief menambahkan, keberadaan musik asing khususnya Korea memang sebuah tantangan tersendiri terhadap eksistensi musik daerah. Diakuinya musik-musik dari Korea misalnya, memang memiliki kualitas yang bagus. Sehingga bisa menjadi saingan berat untuk keberadaan musik lokal dan tradisional khususnya.
Arief khawatir, semakin terkikisnya pengetahuan remaja Indonesia akan musik tradisional akan membuat musik-musik yang menjadi bagian kekayaan kebudayaan tersebut punah. Ini yang menurutnya mengkhawatirkan, jika mata rantai pengenalan musik tradisional Indonesia sampai putus. Sebab menurut Arief, musik tradisional itu layaknya bahasa daerah jika tak digunakan dan diturunkan pada generasi selanjutnya maka akan punah.
"Saya lebih mending mereka-mereka nonton dangdut dibandingkan berbondong-bondong nonton musik asing," canda Arief.
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement