REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Pengusaha Muslim, Soetrisno Bachir mengimbau agar lembaga pendidikan di Indonesia mengubah orientasi pendidikan. Kampus, saran dia, bukan hanya fokus untuk mencetak sarjana saja, tapi juga melahirkan pemimpin dan pengusaha.
Menurut Soetrisno, khusus lembaga pendidikan Islam juga harus menjadi tempat penggemblengan kader umat yang unggul. “Pendidikan harus membekali kemampuan untuk berpikir menembus jauh ke depan. Umat Islam harus visioner dan menjawab tantangan zaman,” ujar Soetrisno di Pekalonganl dalam siaran persnya, kemarin.
Dia menilai, setiap lembaga pendidikan Islam wajib memberi bekal kepemimpinan dan kewirausahaan. Hal itu mengacu pada zaman kejayaan Islam masa lalu, di mana kaum Muslim memiliki pandangan visioner, mampu memimpin, dan mengelola potensi duniawi.
Mantan ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menegaskan, selain cerdas, seorang Muslim juga harus kuat dan kaya. Pasalnya, kekayaan adalah sarana ibadah. Dengan menjadi kaya, seseorang bisa semakin berdaya untuk membangun peradaban umat.
“Pendidikan Islam harus komprehensif dan terintegrasi, jangan sekuler. Jangan mengajak memikirkan akhirat saja, tapi juga bagaimana menguasai urusan dunia," kata Soetrisno.
Ketua Umum Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) itu mengisahkan, bangsa Indonesia masih jauh ketinggalan dari negara tetangga. Penyebabnya adalah populasi wirausahawan di Indonesia hanya sebesar 1,56 persen dari total penduduk.
"Berada jauh di bawah Malaysia yang punya pengusaha sekitar empat persen, Thailand punya 4,1 persen, apalagi dengan Singapura yang punya tujuh persen,” katanya.